Lihat ke Halaman Asli

Ludiro Madu

TERVERIFIKASI

Dosen

Krisis Kepercayaan Malaysia: PM Anwar Ibrahim Harus Turun?

Diperbarui: 28 Juli 2025   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ribuan warga Malaysia turun ke jalan-jalan ibu kota untuk memprotes ketidakpuasan publik yang semakin meningkat akibat kenaikan biaya hidup dan kurangnya reformasi yang dilakukan oleh pemerintah persatuan Perdana Menteri Anwar Ibrahim. (AFP/MOHD RASFAN via Kompas.com)


Gelombang protes "Turun Anwar" yang memenuhi Dataran Merdeka Kuala Lumpur pada 26 Juli 2025 bukanlah sekadar demonstrasi politik biasa. Dengan lebih dari 18.000 hingga 20.000 demonstran yang berkumpul di tengah hujan, protes itu adalah manifestasi nyata dari kekecewaan mendalam rakyat Malaysia terhadap kepemimpinan Perdqna Menteri (PM) Anwar Ibrahim yang telah gagal memenuhi janji-janji reformasinya. 

Protes itu tampaknya menjadi momentum bagi Malaysia untuk mengakui bahwa eksperimen kepemimpinan Anwar telah berakhir dengan kegagalan dan langkah terbaik untuk masa depan bangsa adalah pergantian kepemimpinan.

Kegagalan ekonomi

Tiga tahun kepemimpinan Anwar Ibrahim telah membuktikan satu hal: gap antara retorika dan realitas yang menganga lebar. 

Demonstran membawa spanduk bertuliskan "Step down Anwar" sambil menyuarakan frustrasi bahwa "dia telah memerintah negara selama tiga tahun dan belum memenuhi" janji-janjinya. Kegagalan paling mencolok terletak pada penanganan krisis ekonomi dan biaya hidup yang terus melonjak.

Meskipun pemerintah mengklaim inflasi stabil di 2 persen, realitas di lapangan bercerita berbeda. Demonstran dengan tegas menyatakan bahwa "biaya hidup masih tinggi", menunjukkan disconnect yang fundamental antara data statistik pemerintah dengan pengalaman hidup sehari-hari rakyat. 

Respons Anwar terhadap krisis ini—memberikan bantuan tunai 100 ringgit (sekitar $24) kepada semua warga dewasa—adalah contoh klasik dari solusi populis jangka pendek yang menghindari akar masalah struktural.

Bantuan tunai sebesar 100 ringgit ini tidak hanya menunjukkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi inflasi secara sistematis, tetapi juga mencerminkan pola pikir "band-aid solution" yang telah menjadi ciri khas administrasi Anwar. 

Dalam konteks ekonomi Malaysia yang masih terbebani warisan skandal 1MDB dan tekanan inflasi global, pendekatan reaktif seperti ini justru menunjukkan ketidaksiapan pemerintah menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks.

Yang lebih mengkhawatirkan dari kegagalan ekonomi adalah kemunduran dalam agenda reformasi yang menjadi platform utama Anwar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline