Lihat ke Halaman Asli

Leumara Creative

Chef de Cuisine

Zero Waste Iftar: Kesadaran Ekologis dan Berkah untuk Alam

Diperbarui: 14 Maret 2025   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zero Waste: Ramdan Berkah untuk Alam ( Foto: by Canva)

Berbuka Puasa dengan Tanggung Jawab Lingkungan


Ramadan, Antara Spiritualitas dan Jejak Lingkungan

Ramadan adalah bulan penuh berkah, saat umat Muslim di seluruh dunia berpuasa untuk mendekatkan diri kepada Allah. Namun, di balik keindahan ibadah ini, ada satu ironi yang sering terlewatkan: meningkatnya limbah makanan dan sampah plastik saat bulan suci.

Ketika azan Magrib berkumandang, kita sering kali tergoda menyajikan aneka hidangan berlimpah. Sayangnya, banyak yang berakhir terbuang. Belum lagi kemasan plastik dari takjil dan makanan siap saji yang menumpuk. Padahal, Ramadan seharusnya menjadi momentum untuk hidup sederhana, bersyukur atas rezeki, dan menjaga alam sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta.

Mari kita renungkan: mungkinkah kita beribadah tanpa membebani bumi? Jawabannya ada pada konsep zero waste iftar --- berbuka puasa dengan kesadaran ekologis, mengurangi sampah, dan menghidupkan berkah Ramadan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk alam semesta.

Apa Itu Zero Waste?

Mengurangi Sampah dari Hulu ke Hilir

Zero waste adalah konsep yang bertujuan memaksimalkan penggunaan sumber daya dengan meminimalisir produksi limbah, mulai dari proses produksi hingga akhir penggunaan. Meski sulit mencapai nol sampah secara mutlak, prinsip zero waste membantu mengurangi dampak lingkungan dengan pendekatan 5R:

  • Refuse (Menolak) --- Hindari barang sekali pakai atau yang tidak perlu.
  • Reduce (Mengurangi) --- Kurangi konsumsi berlebihan dan pilih yang benar-benar dibutuhkan.
  • Reuse (Menggunakan kembali--- Manfaatkan barang yang bisa dipakai ulang, seperti botol kaca atau wadah makanan.
  • Recycle (Mendaur ulang) --- Ubah sampah menjadi bahan yang bisa digunakan kembali saat tidak bisa dihindari.
  • Rot (Mengompos) --- Olah sampah organik menjadi kompos untuk mengurangi timbunan ke TPA.

Zero waste bukan sekadar mendaur ulang, tetapi mengubah pola pikir. Dimulai dari menolak plastik sekali pakai, mengurangi konsumsi berlebihan, hingga mengompos sisa makanan. Dengan memahami konsep ini, kita bisa lebih bijak saat berbuka dan berkontribusi mengurangi beban bumi --- menjadikan Ramadan benar-benar bulan penuh berkah, tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk alam.

Mengapa Zero Waste Penting Saat Ramadan?

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga 24 Juli 2024, timbulan sampah nasional dari 290 kabupaten/kota mencapai 31,9 juta ton. Dari jumlah tersebut, 64,3% atau 20,5 juta ton dapat terkelola, sementara 35,7% atau 11,4 juta ton tidak terkelola dengan baik (Sumber-1)

Selama bulan Ramadan, terjadi peningkatan volume sampah di berbagai daerah. Misalnya, di Kota Surabaya, volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo per hari mencapai sekitar 1.500-1.600 ton pada kondisi normal. Namun, selama Ramadan, volume tersebut meningkat 20% akibat sisa makanan dan sampah kemasan (Sumber-2)

Lebih dari sekadar isu lingkungan, ini adalah panggilan moral. Sebagai umat beriman, kita diajarkan untuk tidak berlebihan:

> "Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS. Al-A'raf: 31)

Mengurangi limbah saat Ramadan adalah wujud nyata rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan. Ini juga menjadi bentuk tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi, yang dititipkan amanah untuk menjaga alam dan segala isinya.

Langkah Praktis Menuju Zero Waste Iftar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline