OLEH: Khoeri Abdul Muid
Episode 3 -- Pertemuan dengan Sang Guru
Pagi masih basah oleh embun ketika Raden Mas Sahid bangun di gubuk bambu dekat sawah. Malam tadi ia menumpang tidur setelah seorang petani tua memberinya segenggam nasi jagung.
Namun pikirannya masih terpaku pada lelaki bersarung yang ditemuinya di tepi sungai. Wajah teduh itu seolah tak bisa hilang dari ingatan.
"Siapakah dia sebenarnya?" gumam Sahid.
Takdir menjawab lebih cepat daripada yang ia kira.
Ketika ia berjalan melewati tepian hutan, tiba-tiba terdengar suara gamelan sayup-sayup. Aneh, dari tengah hutan ada suara kendang, gong, dan suling.
Sahid mengikuti suara itu. Semakin ia mendekat, semakin jelas bunyinya, sampai akhirnya ia melihat sebuah padepokan sederhana. Di halaman, ada beberapa orang duduk khusyuk mendengarkan seorang lelaki tengah berbicara.
Sahid terperangah. Lelaki itu adalah orang yang ditemuinya kemarin.
"Selamat datang, anak muda," ujar lelaki itu sambil tersenyum, seakan sudah tahu Sahid akan datang.
"A... apa ini tempatmu?" tanya Sahid gugup.
"Inilah padepokan kecil untuk mereka yang ingin mencari cahaya. Namaku Sunan Bonang."
Nama itu membuat Sahid terdiam. Ia pernah mendengar ayahnya menyebut nama itu dengan nada sinis: seorang ulama besar, sahabat para wali.
Tapi kini, di hadapannya, Sunan Bonang tampak begitu sederhana.
"Duduklah," ajak Sunan Bonang. "Tak perlu takut. Semua orang di sini datang dengan luka, sama seperti dirimu."