Lihat ke Halaman Asli

Karnita

TERVERIFIKASI

Guru

Ugahari dan Keprasaajaan: Merangkai Harmoni Hidup di Masa Senja

Diperbarui: 1 Juni 2025   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ugahari dan Keprasaajaan, Merangkai Harmoni Hidup di Masa Senja (Sun Life) 

Ugahari dan Keprasaajaan: Merangkai Harmoni Hidup di Masa Senja 

"Bukan kaya yang membuatmu damai, tapi damailah yang membuatmu merasa cukup."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Di tengah arus zaman yang deras dan gemuruh gaya hidup serbacepat, dua kata lama pelan-pelan naik kembali ke permukaan: ugahari dan keprasahajaan hidup. Keduanya bukan sekadar anjuran untuk hidup hemat. Lebih dari itu, ia menyentuh wilayah batin---cara kita menakar keinginan, cara menempatkan diri, dan cara meniti hidup tanpa gaduh ambisi.

Ugahari, secara sederhana, berarti menahan diri. Tidak berlebih, tidak gegas mengikuti nafsu. Dalam nilai Islam, ini sangat dekat dengan semangat zuhud dan wara'. Zuhud bukan sikap menjauhi dunia, melainkan tidak menjadikan dunia sebagai pusat kecintaan. Ia hadir saat kita mampu, tapi memilih secukupnya. Ia tumbuh saat kita bisa mengejar lebih, tapi memilih untuk tenang. Ugahari, dalam makna ini, adalah seni untuk tetap utuh dalam riuh. Nabi pernah bersabda, "Kesederhanaan adalah bagian dari iman." (HR. Abu Dawud). Barangkali, di situlah intinya: iman yang mengejawantah dalam laku sederhana.

Sementara itu, keprasaajaan hidup adalah seni menikmati yang ada. Ia bukan pasrah, melainkan tahu batas. Dalam Islam, ini disebut qana'ah---rasa cukup, yang anehnya justru melahirkan kelapangan. Qana'ah bukan diam di tempat, tapi melangkah tanpa serakah. Di situlah kita belajar: kebahagiaan ternyata tidak datang dari banyaknya yang dimiliki, tapi dari cukupnya hati menerima. Dan jika ditautkan kembali ke zuhud, maka keprasahajaan adalah wajah lembut dari jiwa yang tidak bergantung pada pengakuan. Ia hadir sunyi, tapi kokoh.

Bila dua nilai ini---ugahari dan keprasahajaan---dibiasakan sejak muda, barangkali hidup tak perlu selalu gemilang untuk terasa terang. Tak perlu ramai untuk terasa hidup. Kita hanya perlu belajar menyederhanakan hasrat, dan merawat cukup dalam hati. Lalu, pertanyaannya: sanggupkah kita memelihara kesederhanaan ini di tengah zaman yang serbakejar dan penuh tanding?

Menolak Gaya Hidup Kejar Tayang

"Yang lekas usang bukanlah barang, tapi rasa puas yang tak pernah kenyang."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline