Tersandung Pelita, Jalan Panjang Menuju Juara Masih Terbuka, Semangat dan Bangkit Persib!
"Kekalahan hanyalah jeda, bukan akhir dari perjuangan. Bangkit adalah pilihan yang selalu mulia."
Oleh Karnita
Laga yang Mengundang Pertanyaan
Mengapa sebuah tim sebesar Persib bisa takluk dari Persita? Sabtu, 27 September 2025, Kompas.com menurunkan berita berjudul “Hasil Persita Vs Persib 2-1: Pendekar Cisadane Hajar Juara Bertahan” yang segera mengundang perhatian publik sepak bola tanah air. Kekalahan ini tidak sekadar catatan skor, melainkan alarm penting bagi Maung Bandung yang selama ini dikenal tangguh dan bermental juara.
Bukankah publik selalu menanti kiprah Persib yang penuh energi dan tradisi kemenangan? Kini, hasil minor di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, membuka ruang diskusi tentang performa, konsistensi, dan arah taktik tim asuhan Bojan Hodak. Urgensinya terasa, sebab kompetisi Liga 1 2025-2026 baru memasuki pekan keenam, dan ruang evaluasi masih sangat terbuka.
Penulis tertarik mengulas ini karena Persib bukan hanya klub sepak bola, tetapi juga simbol semangat kolektif masyarakat Jawa Barat. Kekalahan 1–2 dari Persita tidak boleh sekadar dilihat sebagai kegagalan, melainkan kesempatan refleksi. Relevansinya jelas, mengingat Liga 1 kini semakin ketat dan menuntut kesiapan mental yang lebih matang dari setiap pemain dan pelatih.
Persita Menyengat, Persib Kehilangan Fokus
Persita tampil cerdas memanfaatkan peluang di momen krusial. Gol Javlon Guseynov pada menit ke-42 dan Esal Sahrul di menit ke-90+2 menunjukkan bahwa Pendekar Cisadane pandai menunggu waktu. Sebaliknya, Persib terlihat lengah dan kehilangan konsentrasi pada detik-detik vital.
Padahal secara statistik, Persib lebih unggul dalam penguasaan bola (58% berbanding 42%). Mereka juga melepaskan 13 tembakan dengan 9 di antaranya tepat sasaran, dibanding Persita yang hanya mencatat 10 tembakan dengan 4 tepat sasaran (Flashscore, 2025). Namun, keunggulan angka itu tak berarti ketika lawan lebih efektif dalam memanfaatkan peluang.