Mohon tunggu...
Inge Dhiva
Inge Dhiva Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi Saya Menyanyi dan Menonton Film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sound Horeg Di Salah Satu Kota Provinsi Jawa Timur

28 September 2025   13:05 Diperbarui: 28 September 2025   13:48 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sound horeg adalah istilah populer untuk sistem suara yang memutar musik dengan volume ekstrem dan suara bass yang dominan. Kata "horeg" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang menggambarkan efek getaran atau guncangan yang dihasilkan dari suara sangat kencang tersebut.

Pada era tahun 2000-an, masyarakat menggunakan alat pengeras suara (sound system) sebagai hiburan sederhana untuk acara hajatan pernikahan. Kemudian, pada 2014, sound horeg muncul di Malang, Jawa Timur, menjadi sebuah parade perayaan yang menggabungkan unsur tradisional dan modern. Fenomena ini kemudian berkembang lebih lanjut, khususnya pada era pasca pandemi Covid-19 pada tahun 2020, terutama di daerah Malang Selatan.[3] Pada perkembangan selanjutnya, fenomena Sound Horeg terus merambah ke daerah-daerah lain di Jawa Timur dan awa Tengah, seperti Pati, Blitar, Jember, Kudus, Demak, dan Rembang.

Jawa Timur, khususnya wilayah Malang, dikenal sebagai tempat lahirnya fenomena sound horeg sejak sekitar tahun 2014. Komunitas seperti Faskho Sengox dan BJ Hunter di Blitar menjadi pelopor awal, diikuti oleh Brewog Audio yang kemudian populer sebagai ikon sound horeg di wilayah tersebut. Sound horeg di Jawa Timur sering tampil dalam berbagai acara seperti karnaval, hajatan, dan festival desa, dengan ciri khas suara bass yang kuat dan penggunaan kendaraan besar sebagai panggung berjalan.

Satu paket sound system terdiri dari 12 boks. Satu boks sound system terdiri dari empat speaker yang masing-masing berdaya 200.000 watt. Sehingga jika ditotal, sebuah paket sound horeg bisa mencapai intensitas kebisingan sebesar 130 dB. Kurang lebih setara dengan tingkat kebisingan pesawat jet. Pada truk sound horeg, juga disediakan beberapa perangkat pemutar muski seperti amplifier, mixer, dan equalizer, yang dioperasikan langsung oleh operator musik. Adapun untuk kebutuhan sumber listrik, pengelola sound horeg menyediakan genset berdaya 100.000 - 150.000 KWh. yang langsung dipasang di dalam truk.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur melalui salinan Fatwa MUI Jatim Nomor 1/2025 tentang Penggunaan Sound Horeg juga telah menyatakan keharaman sound horeg. Dasar pertimbangan MUI Jatim adalah intensitas suara yang melebihi batas kewajaran dan gangguan yang ditimbulkan terhadap khalayak umum. Keputusan ini diambil setelah mereka menerima surat permohonan fatwa dari masyarakat yang ditandatangi oleh 828 orang pada 3 Juli 2025 dan berdiskusi dengan dokter spesialis THT. Volume sound horeg disebut bisa mencapai 120-135 desibel (dB) atau lebih, sedangkan ambang batas yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 85 desibel (dB) untuk paparan selama 8 jam. 

Adapun Sanksi - Sanksi dan Hukum Dalam Acara Sound Horeg Itu

1. Sanksi Perdata (PMH): Pihak yang dirugikan oleh adanya sound horeg, misalnya karena kebisingan yang melampaui batas dan merusak barang atau fasilitas mereka, dapat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum (PMH).

2. Sanksi Pidana: Penggunaan sound horeg yang mengganggu ketertiban umum atau melanggar peraturan perundang-undangan lainnya dapat dikenakan sanksi pidana.

3. Rekomendasi Pemerintah: Fatwa MUI Jatim meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menginstruksikan pemerintah kabupaten/kota agar membuat aturan mengenai perizinan, standar penggunaan, dan sanksi terkait alat pengeras suara, termasuk sound horeg.

Jadi kesimpulannya sound horeg memang salah satu acara paling fenomenal bagi warga jawa timur tepatnya ada di kota malang, sound horeg adalah suatu kegiatan untuk memeriahkan berbagai acara seperti hajatan, arak-arakan, konvoi, atau pesta rakyat, sehingga menimbulkan getaran kuat dan kebisingan yang signifikan. Tetapi sound horeg juga bisa di sebut konflik bagi Masyarakat yang tidak menyukai nya karena kerasnya bass dan volume extreme dari speaker tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun