Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Terkena Hipotermia Ketika Mendaki Gunung, Apa yang Harus Dilakukan?

Diperbarui: 12 Maret 2025   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi naik gunung: https://nawabineka.com/naik-gunung-dengan-bijak-pelajaran-dari-peristiwa-carstensz-untuk-anak-muda/

Suatu malam pada 199o,  kalau tidak salah ingat, waktu menjadi  anak muda tak terbesit  di pikiran aku hiking di daerah perbukitan bisa membawa celaka. Sebagai alumni, aku ingin menyambangi adik-adik di PMR sebuah SMA Negeri di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan untuk berkunjung di hari terakhir mereka. Merela berkemah di kawasan Sukabumi. 

Yang terlintas di pikiranku orang meninggal atau kecelakaan karena mendaki gunung kalau tidak jatuh ke jurang karena mencoba membuat rute baru atau kena hipotermia karena cuaca buruk. Ini kan daerah perkemahan umumnya aman.

Agak kesal juga sih, macet tiba malam hari bukan ketika hari masih terang.  Aku mengenakan celana jins, kaos dengan kemeja tanpa jaket yang justru masih di tas ransel, sama kain sarung, pakaian ganti dan celana pendek rencananya buat tidur.

Tanah yang aku pijak di ketinggian amblas dan aku meluncur ke dalam sungai. Ransel aku lempar ke pinggir dan aku masuk sungai.  Ada beberapa pendaki gunung tampaknya  melihat hal itu, menolongku ke pinggir sungai.  Salah seorang di antaranya memberikan minuman beralkohol, mungkin mansion.

Mungkin minuman memabukan hingga dikategorikan haram, tetapi dalam keadaan darurat aku dengar  tidak apa. Aku menerima berapa teguk dan kemudian perut dan tenggorok merasa hangat.  Setelah mengucapkan terima kasih, aku mengambil ransel yang terselamatkan dan segera ke perkemahan.

Beberapa adik kelas menyambut dengan khawatir, mereka segera menyiapkan tempat di tenda untuk aku berganti pakaian. Aku segera membuka semua baju dan mengeringkan dengan handuk. dan hanya bercelana pendek, kaos lalu pakai jaket dengan kain sarung menghangatkan diri di api unggun, lalu makan mi instan kuah hangat, tentunya juga air hangat.

Alhamdullilah besoknya pulang menumpang truk mereka dengan memakai celana pendek dan kaos kering  ke Jakarta dan naik angkot dengan membawa baju basah. Aku bersyukur  tidak terkena hipotermia. Tidak terbayangkan kalau arus sungai deras.

Sejak itu aku tidak pernah lagi pakai jins ketika hiking karena kalau basah jadi perangkap. Aku memakai celana kombi parasut yang cepat kering kalau mau hiking. Selain itu aku tidak lagi menganggap enteng setiap medan walau untuk hiking ringan dengan durasi 3-4 jam. Pasti aku sempatkan untuk beberapa kali jogging sebelum hiking.

Anggota senior organisasi Pencinta Alam Wanadri Evy Sylviani Suryatmana ketika aku ceritakan menyebut tindakan memberikan alkohol salah besar karena bisa mengakibatkan dehidrasi.  Alkohol justru menyerap cairan tubuh. Hangatnya smeenatara hanya di kerongkongan.

"Untung kondisi tubuh kamu masih prima waktu kejadian, mungkin karena  masih muda juga. Kalau sudah kepala 5 atau kepala 6 harus lebih hati-hati, karena metabolisme tubuh kita makin turun," ujar Evy ketika saya ceritakan pengalaman nyaris kena hipotermia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline