Indonesia sedang menghadapi perubahan besar. Bukan cuma soal jalanan yang makin padat, tapi juga soal udara yang makin kotor. Asap knalpot dari jutaan kendaraan setiap hari bikin kita mikir, sampai kapan begini? Di tengah semua ini, muncul satu jawaban yang makin banyak dibicarakan yakni mobil listrik.
Ide ini bukan lagi sekadar impian, tapi perlahan menjadi kenyataan di jalan-jalan kita. Namun, untuk bisa benar-benar beralih ke mobil listrik, ada banyak hal yang harus kita pikirkan bersama, terutama karena Indonesia punya kekayaan alam yang luar biasa.
Mobil listrik itu idenya sederhana. Daripada pakai bensin yang dibakar dan menghasilkan asap, mobil ini pakai listrik dari baterai. Jadi, saat jalan, tidak ada asap yang keluar dari knalpotnya. Ini jelas bagus untuk lingkungan. Udara jadi lebih bersih, suara mesin juga lebih senyap.
Bagi kita yang tinggal di kota besar, ini tentu kabar baik. Bayangkan, kalau semua mobil di Jakarta itu listrik, pasti udaranya akan jauh lebih segar. Suasana kota juga akan lebih tenang tanpa suara bising mesin.
Tapi, punya mobil listrik tidak semudah beli mobil bensin. Ada beberapa tantangan yang perlu kita hadapi. Yang paling utama adalah soal pengisian daya. Kalau mobil bensin tinggal cari pom bensin, mobil listrik butuh Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Jumlah SPKLU ini masih sedikit, apalagi di luar kota besar. Bagaimana kalau kita mau perjalanan jauh? Tentu jadi kekhawatiran sendiri. Kita tidak mau mobil mogok di tengah jalan karena kehabisan baterai.
Selain jumlah SPKLU yang masih minim, waktu pengisian daya juga jadi pertimbangan. Mengisi baterai mobil listrik tidak secepat mengisi tangki bensin. Walaupun ada teknologi pengisian cepat, tetap saja butuh waktu lebih lama.
Ini bisa jadi masalah kalau kita buru-buru atau antre di SPKLU. Kebiasaan mengisi bahan bakar akan berubah total menjadi kebiasaan mengisi daya. Kita harus belajar merencanakan perjalanan dengan lebih cermat.
Harga mobil listrik juga masih jadi kendala bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Memang, ada beberapa model yang harganya mulai terjangkau, tapi sebagian besar masih tergolong mahal jika dibandingkan dengan mobil bensin sekelasnya.
Ini membuat masyarakat ekonomi menengah ke bawah berpikir dua kali untuk beralih ke mobil listrik. Meskipun biaya operasionalnya lebih murah karena tidak perlu beli bensin, investasi awalnya tetap besar.
Lalu, ada juga pertanyaan soal baterai. Baterai mobil listrik itu umurnya berapa lama? Bagaimana kalau rusak? Mahal nggak ganti baterainya? Dan yang tidak kalah penting, kalau baterai sudah tidak bisa dipakai, mau diapakan?