Meskipun Hari Kartini masih jauh di bulan April, nggak ada salahnya kalau kita sedikit menyinggung tentang beliau lewat cara yang berbeda.
Bukan dari kebaya atau surat-suratnya, melainkan dari secangkir minuman tradisional yang konon pernah jadi favorit Kartini.
Jepara dan Asal-Usul Adon-Adon Coro
Kalau mendengar nama Jepara, kebanyakan orang langsung ingat pada seni ukirnya yang mendunia. Padahal, di balik keindahan ukiran kayu, Jepara juga menyimpan khazanah kuliner yang sarat cerita. Salah satunya adalah minuman hangat bernama Adon-Adon Coro.
Sekilas, nama "coro" memang bikin dahi berkerut, karena dalam bahasa Jawa berarti kecoa. Tapi jangan salah paham, minuman ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan kecoa.
Nama itu lebih pada istilah lokal yang diwariskan turun-temurun. Dari kesederhanaannya, Adon-Adon Coro ada sebagai penanda eratnya hubungan masyarakat Jepara dengan tradisi dan rempah-rempah Nusantara.
Bahkan, ada cerita lisan yang beredar bahwa Adon-Adon Coro merupakan salah satu minuman kesukaan Raden Adjeng Kartini. Meski tidak tercatat resmi dalam arsip sejarah, kisah tutur ini tetap hidup di tengah masyarakat, seolah menjadi bagian dari sejarah kota Jepara.
Minuman Bangsawan di Masa Kolonial
Kalau sekarang Adon-Adon Coro bisa dinikmati siapa saja, dulu ceritanya berbeda. Pada masa kolonial, minuman ini dianggap cukup "mewah", karena kaya akan rempah-rempah. Hanya bisa dihidangkan di meja keluarga bangsawan atau orang terpandang.
Kartini sendiri lahir dari keluarga priyayi Jepara, putri seorang bupati. Dengan status sosial itu, sangat mungkin beliau untuk menikmati Adon-Adon Coro sebagai bagian dari keseharian.