Kopi bukan sekadar minuman, tetapi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Di berbagai daerah, kopi hadir sebagai teman setia mulai dari obrolan santai hingga acara adat.
Ada satu fenomena menarik yang kini ramai dibicarakan. Kopi Tugu Buaya sachet yang diproduksi di Gresik, Jawa Timur, justru laris manis di seluruh Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bukan hanya di kota besar seperti Kupang, Atambua, atau Maumere, tetapi juga merambah hingga ke pelosok desa yang jauh dari pusat perdagangan.
Mengapa bisa demikian? Apa sebenarnya daya tarik kopi ini hingga mampu menaklukkan hati para pecinta kopi di NTT?
Praktis dan terjangkau
Salah satu alasan utama kopi Tugu Buaya sachet digemari di NTT adalah faktor kepraktisan dan harga terjangkau.
Kopi sachet tugu buaya dapat dibeli di kios-kios dengan harga Rp2.000 per bungkus atau Rp5.000 per 3 bungkus.
Dibandingkan kopi kemasan besar, sachet bisa dibeli per bungkus kecil. Harganya ramah di kantong masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk pelajar, petani, nelayan, hingga pekerja harian.
Bahkan, banyak warung menjualnya per sachet atau dalam bentuk “satu kipas” yang isinya bisa langsung dibawa pulang untuk stok harian.
Dengan format sachet ini, siapa pun tidak perlu merogoh kocek dalam untuk menikmati secangkir kopi nikmat. Itulah sebabnya kopi ini cepat merata peredarannya, karena mampu menyesuaikan dengan daya beli masyarakat NTT.
Rasa yang pas di lidah
Meski berasal dari Jawa Timur, kopi Tugu Buaya mampu menyesuaikan cita rasa yang akrab dengan lidah masyarakat NTT. Kopinya tidak terlalu pahit, tidak pula terlalu manis.