Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Kesombongan

Diperbarui: 10 Juni 2021   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.azquotes.com

Plato berujar: Orang sombong ditinggalkan Tuhan.

Sombong atau Rendahhati adalah Pilihan

Koesplus, dalam lagu Wong Urip, Album Pop Jawa Melayu Koesplus pada 1976,  mengingatkan kita agar jangan sombong. Bait pertama lagu ini:

Bong kuburan Chino,* wong nek sombong bakal ciloko
Bong kuburan mayit, wong nek sombong bakal kecepit
(Bong kuburan China, orang kalau sombong akan celaka
Bong kuburan mayat (mayit), orang kalau sombong akan terjepit
)

*Saya koreksi sesuai artikel saya: Mengulik Kata "Cina" yang Salah Kaprah (Seharusnya: "China").

Koesplus sendiri mengambil sikap berhati-hati agar tidak jatuh dalam kesombongan "merasa lebih tidak sombong ketimbang orang lain," sehingga di dalam kata-kata pembuka lagu ini Koesplus menyisipkan kata "nek" ("kalau") dan dengan demikian tidak mencap apalagi menghakimi orang, sombong adalah pilihan: kalau sombong, ada konsekuensinya, bakal (akan)......... Ini sejalan dengan sebuah peribahasa Hokkien: Sombong tak lebih lama daripada celaka.

Bagi saya makna peribahasa dalam lagu ini sangat arif dan mendalam. Yang saya lihat menjadi masalah pada umumnya tatkala seseorang dihinggapi kesombongan adalah bahwa orang tersebut menjadi lupa diri, "akulah yang empunya dunia ini" dan semakin lama kesadarannya semakin berkurang lalu hilang, dan tak mungkin kita bisa berharap orang yang sudah bersenyawa dengan kesombongan itu bisa menyadari bahwa dia telah menjadi sombong karena memilih untuk sombong, karena dia dalam ketidaksadarannya tidak memiliki lagi "pilihan" selain sombong.

Bagai kacang lupa akan kulitnya (seseorang yang lupa akan asal-usulnya, terutama seseorang yang berasal dari desa dan pergi ke kota, menjadi kaya atau memiliki jabatan tinggi, dan lupa daratan).

Seperti buah kedempung, di luar berisi di dalam kosong (Orang yang sombong atau banyak cakap, padahal tidak ada kelebihannya).

Anjing ditepuk menjungkit ekor (orang hina atau bodoh, miskin, dsb, kalau mendapat kebesaran menjadi sombong.

Menjadi ular, pijat-pijat menjadi kura-kura (Orang hina atau miskin, bodoh, rendah, dsb, hendak menjadi/menyamai/berlaku seperti orang besar atau kaya, pandai, terhormat, dsb, tidak tahu diri atau congkak, sombong), mengharapkan yang bukan-bukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline