Bayangkan kamu baru saja gajian. Kamu buka aplikasi belanja online hanya untuk 'cuci mata', dan tiba-tiba sepatu edisi terbatas itu muncul di halaman utama. Kamu tahu saldo dompet digital belum cukup, tapi tombol paylater mengedip seolah berkata: "Tenang, bisa bayar nanti." Tanpa pikir panjang, kamu klik checkout. Rasanya ringan, bukan? Tapi, di balik kemudahan itu, ada sebuah perubahan budaya yang pelan-pelan membentuk generasi baru: generasi utang digital.
Konsumtivisme dalam Bungkus Digital
Konsumerisme sebenarnya bukan hal baru. Namun yang membedakan era digital dengan masa lalu adalah bentuknya yang semakin tersembunyi, licin, dan instan. Kita tidak lagi perlu mengantri di toko, tidak harus membawa uang fisik, bahkan tak perlu berpikir panjang. Satu klik cukup untuk memuaskan keinginan. Dan paylater adalah pendorong utama dari semua itu.
Budaya konsumtif saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan akan barang, tapi lebih sering karena kebutuhan sosial: ingin diakui, ingin terlihat "update", ingin dianggap sukses. Fitur paylater membuat keinginan itu terasa lebih mudah dijangkau, bahkan saat kondisi keuangan sedang tidak memungkinkan.
Di sinilah masalah dimulai. Ketika batas antara kebutuhan dan keinginan menjadi kabur, orang mulai kehilangan kendali atas pengeluarannya. Dan lebih berbahaya lagi, mereka tidak sadar sedang hidup di atas utang yang menumpuk pelan-pelan.
Fenomena ini sangat mencolok pada generasi milenial dan gen Z. Survei oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 60% pengguna layanan paylater adalah mereka yang berusia di bawah 35 tahun. Mereka tumbuh dalam ekosistem digital yang serba instan, dan karena itu lebih mudah terpapar gaya hidup konsumtif dibanding generasi sebelumnya.
Ketika Teknologi Menyamarkan Risiko
Kemampuan untuk membeli bukan berarti kita mampu membayar. Inilah jebakan utama dari layanan paylater. Ia menciptakan ilusi seolah kamu memiliki dana, padahal kamu hanya sedang menunda beban ke waktu lain waktu di mana kondisi keuangan bisa jadi tidak seideal saat ini.
Yang lebih mengkhawatirkan, mayoritas pengguna paylater tidak menyadari betapa kompleksnya struktur bunga dan denda dalam sistem ini. Banyak yang hanya melihat nominal cicilan kecil setiap bulan, tanpa membaca keseluruhan kontrak dan konsekuensi keterlambatan.