Freedom Flotilla 2025 bukan sekadar pengiriman bantuan, tapi simbol moral dan diplomatik
Freedom Flotilla kembali mengarungi Laut Tengah pada akhir Mei 2025, dengan tujuan utama menembus blokade Israel atas Jalur Gaza.
Armada ini menjadi simbol solidaritas internasional terhadap penderitaan rakyat Palestina dan kritik tajam terhadap kebijakan Israel yang dianggap tidak berperikemanusiaan.
Kali ini, partisipasi publik figur seperti Greta Thunberg dan beberapa artis dunia semakin menarik perhatian global.
Latar Belakang Sejarah
Freedom Flotilla pertama pada tahun 2010 berujung tragis saat Israel menyerbu kapal Mavi Marmara yang membawa bantuan kemanusiaan, menewaskan 10 aktivis Turki.
Sejak saat itu, armada serupa terus mencoba menerobos blokade Gaza, namun selalu menghadapi risiko tinggi dari militer Israel.
Blokade Gaza dan Implikasi Hukum Internasional
Israel menerapkan blokade darat, laut, dan udara atas Gaza sejak 2007 setelah Hamas mengambil alih wilayah tersebut.
Blokade ini sering dikritik oleh PBB dan organisasi HAM sebagai bentuk hukuman kolektif yang melanggar hukum humaniter internasional, khususnya Konvensi Jenewa IV.
Namun Israel berdalih bahwa blokade ini adalah tindakan jus ad bellum (hak berperang) untuk mencegah penyelundupan senjata ke Hamas, yang oleh AS, Uni Eropa, dan Israel, dikategorikan sebagai organisasi teroris.