Baru-baru ini ayah dari seorang rekan, berusia 72 tahun, memeriksakan diri ke sebuah poliklinik dengan keluhan nyeri di perut bagian atas, mual, lemas, tidak bertenaga , jika mau berdiri seperti mau jatuh.
Setelah diperiksa, tekanan darah si kakek normal dengan nyeri perut saat ditekan. Rupanya ia sedang meminum bermacam-macam obat. Ada dua macam obat darah tinggi yang sudah dikonsumsi sejak beberapa tahun yang lalu, ada obat rematik, dan ada obat jantung karena kadang-kadang terasa nyeri di dada kiri, ada vitamin dan obat batuk. Ternyata gejala-gejala dan keluhan yang timbul itu adalah akibat dari efek obat yang tidak diinginkan.
Apa yang dialami oleh ayah dari rekan itu dapat dikatakan ia mengalami Polifarmasi.
Apa itu Polofarmasi?
Polifarmasi adalah istilah yang dipakai untuk peresapan obat yang banyak dan berlainan jenisnya, yang sekaligus diberikan pada seorang pasien.
Polifarmasi umumnya terjadi pada lansia. Kenapa demikian? Ini terkait keadaan penuaan yang menyertai lansia yang kerap ditandai berbagai ganguan kesehatan fisik. Gangguan kesehatan itu menyebabkan lansia memperoleh pengobatan dengan banyak jenis obat diberikan oleh dokter atau para medis.
Hal ini lalu sering menimbulkan masalah pada lansia karena meningkatkan kemungkinan kejadian efek samping, misalnya reaksi obat yang merugikan; interaksi yang menurunkan atau meningkatkan efek obat; atau kualitas hidup menurun.
Data dirilis melalui sebuah artikel: "Tinjauan Polifarmasi dan Potensi Adverse Drug Reaction pada Pasien Diabetes Mellitus", oleh Media Farmasi 2021. Mengemukakan bahwa di Puskesmas & RSUD Jakarta Timur, tahun 2021, penelitian pada pasien hipertensi--diabetes menunjukkan polifarmasi menyebabkan tekanan darah rendah, dan gula darah turun di bawah normal pada beberapa pasien lansia.
Di sisi lain yang juga sama penting dipahami bahwa masalah yang terjadi dalam pemberian obat pada lansia selain diakibatkan oleh dokter, bisa dari obatnya, bahkan bisa juga dari lansia sendiri.
Masalah Bisa Terjadi Karena Lansia Sendiri!
Lansia sering tidak taat dalam meminum obat-obatan, mungkin juga bingung dengan banyaknya jenis obat yang harus diminum dengan cara yang berlainan. Ada yang sekali sehari, ada yang dua kali, ada yang tiga kali atau empat kali sehari, ada yang sebelum makan atau sesudah makan, ada yang sebelum tidur, dan aturan-aturan lainnya.
Daya ingat lansia juga menurun sehingga cenderung lupa meminum obat. Penglihatan kurang baik sehingga keliru mengambil obat. Kadang sulit menelan tablet yang terlalu besar, tetapi sebaliknya tablet yang kecil sulit dipegang karena jari-jari mulai kaku.