Lihat ke Halaman Asli

Dimas Syaiful Amry

Konsultan Pendidikan Alternatif

Menembus Kabut Bias di Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 22 Mei 2025   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masyarakat Indonesia, dengan segala keberagamannya, saat ini dihadapkan pada tantangan besar yang tidak hanya bersumber dari masalah eksternal seperti ekonomi dan politik, melainkan juga berasal dari mekanisme internal dalam pikiran manusia itu sendiri. Berbagai bias kognitif---yaitu pola pikir yang menyimpang dari logika rasional---telah menginfeksi cara pandang dan pengambilan keputusan masyarakat luas. Bias-bias ini menjadi semacam kabut tebal yang mengaburkan objektivitas, memicu konflik, kesalahpahaman, dan stagnasi sosial.

Di antara bias-bias yang paling dominan menjangkiti masyarakat Indonesia adalah:

1. Confirmation Bias

Kecenderungan untuk mencari, menafsirkan, dan mengingat informasi yang sesuai dengan kepercayaan atau prasangka yang sudah ada. Misalnya, dalam politik, masyarakat sering kali hanya menerima informasi yang memperkuat pilihan politiknya tanpa terbuka pada sudut pandang berbeda, sehingga memicu polarisasi.

2. In-group Bias

Preferensi yang kuat terhadap kelompok sendiri---berbasis suku, agama, atau daerah---yang menimbulkan sikap eksklusif dan diskriminasi terhadap kelompok lain. Fenomena ini memperkuat fragmentasi sosial dan memperlemah persatuan bangsa.

3. Availability Heuristic

Mengambil keputusan berdasarkan informasi atau peristiwa yang paling mudah diingat atau yang paling baru terjadi, bukan berdasarkan data objektif. Misalnya, ketakutan berlebihan terhadap isu kriminalitas yang sebenarnya tidak proporsional dengan angka kejahatan nyata.

4. Anchoring Bias

Ketergantungan yang berlebihan pada informasi awal sebagai dasar pengambilan keputusan, meski informasi tersebut belum tentu akurat atau lengkap. Dalam konteks sosial, ini menyebabkan sulitnya masyarakat mengubah pandangan lama meskipun fakta baru sudah muncul.

5. Negativity Bias

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline