Masyarakat Indonesia, dengan segala keberagamannya, saat ini dihadapkan pada tantangan besar yang tidak hanya bersumber dari masalah eksternal seperti ekonomi dan politik, melainkan juga berasal dari mekanisme internal dalam pikiran manusia itu sendiri. Berbagai bias kognitif---yaitu pola pikir yang menyimpang dari logika rasional---telah menginfeksi cara pandang dan pengambilan keputusan masyarakat luas. Bias-bias ini menjadi semacam kabut tebal yang mengaburkan objektivitas, memicu konflik, kesalahpahaman, dan stagnasi sosial.
Di antara bias-bias yang paling dominan menjangkiti masyarakat Indonesia adalah:
1. Confirmation Bias
Kecenderungan untuk mencari, menafsirkan, dan mengingat informasi yang sesuai dengan kepercayaan atau prasangka yang sudah ada. Misalnya, dalam politik, masyarakat sering kali hanya menerima informasi yang memperkuat pilihan politiknya tanpa terbuka pada sudut pandang berbeda, sehingga memicu polarisasi.
2. In-group Bias
Preferensi yang kuat terhadap kelompok sendiri---berbasis suku, agama, atau daerah---yang menimbulkan sikap eksklusif dan diskriminasi terhadap kelompok lain. Fenomena ini memperkuat fragmentasi sosial dan memperlemah persatuan bangsa.
3. Availability Heuristic
Mengambil keputusan berdasarkan informasi atau peristiwa yang paling mudah diingat atau yang paling baru terjadi, bukan berdasarkan data objektif. Misalnya, ketakutan berlebihan terhadap isu kriminalitas yang sebenarnya tidak proporsional dengan angka kejahatan nyata.
4. Anchoring Bias
Ketergantungan yang berlebihan pada informasi awal sebagai dasar pengambilan keputusan, meski informasi tersebut belum tentu akurat atau lengkap. Dalam konteks sosial, ini menyebabkan sulitnya masyarakat mengubah pandangan lama meskipun fakta baru sudah muncul.
5. Negativity Bias