3. Epistemologi Kritis dan Teori Sosial
Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed (1970) memperkenalkan konsep conscientizao---kesadaran kritis sebagai jalan pembebasan manusia dari penindasan struktural dan mental. Freire melihat pendidikan bukan sebagai transfer pengetahuan, tapi sebagai proses dialogis yang membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab etis.
Pendidikan sadar-bias juga mengambil pelajaran dari teori Michel Foucault, yang menunjukkan bagaimana pengetahuan selalu berkelindan dengan kuasa. Maka, membongkar bias kognitif bukan hanya soal psikologi, tapi juga dekonstruksi kuasa epistemik---membebaskan pikiran dari struktur dominasi yang tidak terlihat, baik itu dalam bentuk budaya, media, agama, maupun negara.
4. Ilmu Genetika dan Warisan Psikologis
Studi genetik menunjukkan bahwa manusia membawa predisposisi psikologis tertentu dari warisan DNA-nya. Namun, sebagaimana dijelaskan oleh epigenetik, ekspresi gen tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan dan pengalaman. Artinya, meskipun manusia mewarisi kecenderungan tertentu (seperti impulsivitas, kecemasan, atau kecenderungan tribalistik), pendidikan mampu menata ulang ekspresi psikologis tersebut melalui intervensi sadar dan sistematis.
5. Perspektif Dunia Islam: Tazkiyatun Nafs dan Iqra' sebagai Revolusi Kesadaran
Dalam khazanah Islam, bangunan kesadaran manusia tak semata ditopang oleh akal rasional, tetapi juga oleh jiwa yang jernih. Konsep tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) menjadi pusat dari pendidikan Islam klasik. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
 "Qad aflaha man zakkh. Wa qad khba man dassh."
"Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams: 9--10)
Proses tazkiyah ini melibatkan kesadaran diri yang mendalam (muhasabah), introspeksi batin (tafakkur), dan pembersihan dari hawa nafsu yang melahirkan bias, prasangka, dan keputusan keliru. Dalam konteks ini, bias kognitif bukan hanya masalah psikologi, tetapi juga bentuk kegelapan batin (zulumat) yang harus disinari oleh cahaya ilmu dan iman (nur).
Islam juga memulai peradabannya dengan perintah "Iqra'" (Bacalah!)---sebuah penegasan bahwa revolusi sejati dimulai dari kesadaran akan pentingnya pengetahuan, pengamatan, dan perenungan. Maka, pendidikan sadar-bias dalam tradisi Islam adalah jalan menuju hikmah---yakni kebijaksanaan yang muncul dari keseimbangan antara akal dan qalb.
6. Kearifan Lokal Jawa: Nglmu, Kawruh, dan Laku