Lihat ke Halaman Asli

Kabar sekitar

Agah kampong

Dio Punggo adalah Rumah Adat Dayak Bakati

Diperbarui: 31 Januari 2025   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah adat dayak bakati dio punggo 

Rumah adat dayak bakati kalimantan barat

Rumah punggo yang artinya dalam bahasa lokal dayak bakati, (DIO PUNGGO). memang terlihat berbeda dari rumah adat tradisional suku-suku Dayak lainnya khususnya yang berada di Kalimantan Barat. Rumah adat ini digunakan oleh suku Dayak yang dalam ritual adat tahunan , atau dikenal juga dengan Gawai nyobeng / Nyabangk. Upacara gawai ini dilakukan tiap tahun bagi suku dayak bakati yang ada didusun segonde desa pisak kecamatan tujuh belas kabupaten bengkayang kalimantan barat. yang syarat dengan makna ritual yang sakral tentang mantra pesan leluhur nenek moyang, bertepatan juga dengan merayakan pesta ( gawai ) panen padi guna mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa serta berganti siklus perladangan tahunan panen padi, menyambut musim berladang ( bauma ) tahun berikutnya.
Rumah punggo memiliki gaya arsitektur rumah panggung berbentuk petak / persegi ada yang bundar dengan diameter sekitar 5_7 meter dan ketinggian sekitar 3_7 meter. 

Tinggi Rumah punggo melambangkan kedudukan kekuasaan derajat, kekuatan kedewasaan atau tempat kamang tariu dan benda-benda pusaka serta tengkorak manusia hasil kayau ( headhunting ) hasil pertarungan nenek moyang zaman dahulu yang harus dihormati.
Rumah punggo ini disangga dengan tiang kayu belian sebagai penopang dan sebatang kayu bulat sebagai titian (tangga) . Ketinggian rumah adat dusun segonde desa pisak kecamatan tujuh belas kab bengkayang Kalimantan Barat ini menggambarkan kedudukan identitas atau tempat roh leluhur serta Kamang Tariu yang harus dihormati. Dalam cerita  asal usul sejarah para tetua yang mendirikan rumah punggo di dusun segonde ini sudah beberapa kali diganti 

( perubahan ) karena sudah tidak layak atau rusak dan harus direnovasi mengikut perkembangan zaman, namun adat istiadat tradisi ini tetap dijalankan dan dilestarikan menurut adat-istiadat tradisi leluhur nenek moyang sampai saat ini.

Sumber. Tetua adat dayak segonde

Penulis : stepanus murdani : iG. @saya.dayak : fb. Leman petualang

Editor : admin

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline