Dalam beberapa tahun terakhir, tim-tim nasional di Asia Tenggara kedatangan banyak pemain diaspora dan naturalisasi. Pemain asing yang sudah lama menetap di suatu negara, maupun pemain blasteran dari luar negeri pun datang dan memberi warna unik di kawasan ASEAN.
Dari segi kualitas, keberadaan mereka mampu menghadirkan dampak positif buat tim nasional. Di Vietnam, Rafaelson mampu membantu Tim Bintang Emas juara Piala AFF 2025.
Pemain kelahiran Brasil ini dinaturalisasi dan mengantongi paspor Vietnam, setelah memenuhi syarat masa tinggal minimal 5 tahun di Vietnam. Ada juga pemain diaspora seperti Filip Nguyen (Vietnam-Ceko), Viktor Le (Vietnam-Rusia), dan Jason Pendant (Vietnam-Prancis).
Di Indonesia, kasus naturalisasi seperti Rafaelson antara lain terjadi pada Marc Klok yang pada awalnya merupakan warga negara Belanda tanpa garis keturunan Indonesia. Pada dekade sebelumnya, ada juga Ilija Spasojevic dan Pierre Bio Paulin.
Di Indonesia sendiri, PSSI (dan Kemenpora secara umum) juga serius mencari talenta diaspora Indonesia. Dari penelusuran PSSI, didapat sejumlah pemain diaspora, dengan sebagian besar ditemukan di Belanda, negara yang memang punya jejak sejarah panjang dengan Indonesia.
Kedatangan gerbong pemain diaspora mampu membantu Tim Garuda tampil sebagai wakil tunggal Asia Tenggara di babak ketiga dan keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Meski sekilas terlihat ugal-ugalan, karena jumlahnya cukup banyak, tidak ada pelanggaran di sini, karena profil pemain-pemain yang bergabung memang terbukti valid, baik secara administratif maupun kriteria garis keturunan.
Dari garis keturunan, ini bahkan bisa dilihat dari nama lengkap beberapa pemain. Ada yang mempunyai nama marga dari daerah tertentu di Indonesia, antara lain dari Maluku dan Sulawesi Utara, misalnya Joey Matthijs Pelupessy dan Mees Hilgers Tombeng.
Pada kasus Timnas Indonesia, PSSI bahkan bekerja sama dengan KNVB (PSSI-nya Belanda) dan berani transparan soal informasi garis keturunan Indonesia para pemain, termasuk pemain yang kakek atau neneknya lahir di Indonesia, seperti pada kasus Jordi Amat, Ole Romeny, dan Maarten Paes.