Mohon tunggu...
Rahmatullah
Rahmatullah Mohon Tunggu... Unpopular Topics of Popular Topic Enthusiasts

I like to explore mainstream topics and dig up the viewpoints that nobody's discussing.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI Pribadi: Cermin Kebijaksanaan atau Ruang Gema Paling Berbahaya

27 September 2025   18:46 Diperbarui: 27 September 2025   19:19 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpaduan antara kesadaran manusia dan kecerdasan buatan membuka era baru dalam refleksi diri.

Bayangkan sebuah Cermin Ajaib. Bukan untuk bertanya siapa yang paling cantik, melainkan untuk bertanya, "Siapakah aku sebenarnya?" Inilah gagasan yang dilontarkan oleh aktor Matthew McConaughey: sebuah AI yang dilatih secara eksklusif dengan data hidup kita yaitu jurnal, buku favorit, email, dan semua pemikiran yang pernah kita tulis.

AI ini akan menjadi Orakel Digital pribadi, sebuah cermin yang memantulkan jiwa. Tapi, apakah cermin digital ini akan menunjukkan jalan menuju pencerahan, atau justru menjebak kita dalam labirin pikiran kita sendiri dengan presisi yang menakutkan? Mari kita bedah ide revolusioner sekaligus berbahaya ini.

Visi McConaughey: Mengenal Diri Melalui Arsip Digital


Dalam sebuah obrolan dengan Joe Rogan, McConaughey mengutarakan keinginannya untuk sebuah AI yang sepenuhnya personal. Ia tidak mau pemikiran pribadinya menjadi "santapan" bagi AI publik seperti ChatGPT. Ia membayangkan sebuah sistem terisolasi yang diisi dengan:

  • Tiga buku yang telah ia tulis.
  • Buku-buku favoritnya.
  • Artikel-artikel yang ia kumpulkan selama 10 tahun.
  • Semua jurnal pribadinya.

Visi sebuah AI pribadi: melatih model digital secara eksklusif dengan arsip pemikiran, tulisan, dan pengalaman hidup kita
Visi sebuah AI pribadi: melatih model digital secara eksklusif dengan arsip pemikiran, tulisan, dan pengalaman hidup kita

Tujuannya? Untuk melakukan dialog Sokratik dengan dirinya sendiri. Ia ingin bisa bertanya, "Berdasarkan semua yang kamu tahu tentangku, buku apa yang akan aku suka?" atau "Di mana posisiku dalam spektrum politik?" AI ini akan menjadi mitra refleksi diri, membantunya mengingat kembali 80% hal yang mungkin sudah ia lupakan.

Secara teknis, ini mungkin. Namun, ide ini melahirkan sebuah paradoks: sebuah alat yang dirancang untuk personalisasi sempurna justru bisa menjadi alat yang paling cacat untuk penemuan diri sejati.

Bagaimana Cara "Membangun" Diri Digital Anda?

Menciptakan AI pribadi ini tidak dimulai dari nol. Prosesnya menggunakan model AI raksasa yang sudah ada (disebut Foundation Model) lalu "melatihnya ulang" dengan data pribadi. Proses ini disebut fine-tuning. Tujuannya adalah mengubah AI serba bisa menjadi spesialis yang "berpikir" dan "berbicara" seperti Anda.

Namun, di sinilah masalah teknis pertama muncul:

  • Kelangkaan Data: AI butuh data super banyak. Arsip hidup satu orang, meskipun terasa besar, sebenarnya sangat kecil bagi AI. Kualitasnya pun berantakan dan penuh "noise".
  • Overfitting (Menghafal, Bukan Belajar): Karena data yang terbatas dan repetitif (pola pikir dan bias kita yang itu-itu saja), AI berisiko overfitting. Ia tidak benar-benar belajar, melainkan hanya menghafal tulisan lama Anda dan mengulanginya kembali.
  • Pelupaan Katastropik: Saat terlalu fokus pada data kita, AI bisa "lupa" pengetahuan umum yang sudah dipelajarinya. Hasilnya? Sebuah AI yang terdengar persis seperti kita tapi kehilangan konteks dunia luar.

Tanpa pemahaman sejati, AI pribadi berisiko menjadi 'burung beo statistik' hanya meniru pola masa lalu, bukan menciptakan wawasan baru.
Tanpa pemahaman sejati, AI pribadi berisiko menjadi 'burung beo statistik' hanya meniru pola masa lalu, bukan menciptakan wawasan baru.

Pada akhirnya, AI yang dihasilkan bukanlah jiwa digital, melainkan burung beo statistik. Ia hanya memprediksi kata berikutnya berdasarkan pola masa lalu kita. Ia adalah cerminan dari diri yang kita pilih untuk didigitalkan, bukan diri kita seutuhnya.

Sisi Terang: AI Sebagai Mitra Dialog untuk Mengenal Diri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun