Lihat ke Halaman Asli

Random Act of Kindness di Transportasi Umum: Saat Kebaikan Bertemu Kesabaran

Diperbarui: 16 September 2025   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam KRL, setiap perjalanan bukan hanya soal jarak, tapi juga tentang empati dan berbagi. (Foto: Freepik)

Transportasi umum di Indonesia selalu punya ceritanya sendiri. Ada yang penuh sesak sampai harus berdiri berjam-jam, ada yang penuh obrolan kecil antara penumpang yang tak saling kenal, dan ada pula momen-momen kecil yang kadang membuat hati hangat.

Kita mungkin sering mendengar istilah random act of kindness - sebuah kebaikan kecil yang hadir tanpa diminta, dilakukan tanpa pamrih, dan bisa jadi memberi kesan mendalam, baik bagi penerima maupun pemberi.

Saya sendiri pernah beberapa kali mengalami dan melakukan hal-hal semacam ini. Misalnya, ketika memberi kursi kepada penumpang prioritas di KRL, atau sekadar membantu menahan pintu agar orang lain bisa ikut masuk. Hal-hal kecil memang, tapi kadang justru yang kecil inilah yang paling mengena.

Namun, ada satu pengalaman yang sampai sekarang masih saya ingat dengan jelas. Sebuah kisah yang tidak hanya bicara tentang membantu orang lain, tetapi juga tentang bagaimana kita memaknai kebaikan itu sendiri.

Perjalanan Panjang Menjelang Lebaran

Kejadiannya sekitar bulan Ramadan, beberapa tahun lalu. Saat itu saya hendak mudik dari Bogor menuju kampung halaman di Lampung. Jalurnya cukup panjang: dari Bogor naik KRL ke Rangkasbitung, lalu lanjut naik kereta lokal menuju Stasiun Merak, sebelum akhirnya menyeberang dengan kapal.

Karena momen Ramadan menjelang Lebaran, suasana stasiun dan kereta tentu saja ramai. Banyak orang membawa barang belanjaan, oleh-oleh, atau kebutuhan untuk keluarga di kampung. Saya pun sudah menyiapkan diri untuk perjalanan panjang itu, lengkap dengan tas gendong yang lumayan berat.

Di Stasiun Rangkasbitung, saya bertemu dengan seorang ibu-ibu. Dari penampilannya, jelas ia habis belanja banyak barang, mungkin pakaian atau kebutuhan lain yang hendak dijual lagi menjelang Lebaran. Tangannya penuh dengan kantong besar berisi barang dagangan.

Ibu itu kemudian menyapa saya. Obrolan kecil pun terjadi. Ia bertanya saya dari mana dan hendak ke mana. Setelah tahu tujuan kami sama-sama menuju Merak untuk menyeberang, ibu itu lalu meminta bantuan. Ia menunjuk salah satu kantong besar yang dibawanya, dan memohon agar saya mau membantu membawakan.

Awalnya saya pikir, bantuan itu hanya sebatas membantu menurunkan barang dari kereta. Tentu saja saya tidak keberatan. Apalagi di bulan puasa, membantu orang lain terasa seperti bagian kecil dari ibadah. Namun, rupanya dugaan saya salah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline