Kesehatan --- Suasana penuh semangat tampak di RW 01 Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Rabu (15/10/2025). Puluhan warga, kader kesehatan, dan perangkat kelurahan mengikuti kegiatan Sosialisasi dan Pencanangan Kampung Tanpa Rokok serta Kampung Siaga TBC (Tuberkulosis).
Gerakan ini menjadi langkah nyata masyarakat menghadapi dua ancaman yang saling terkait: rokok dan TBC.
Acara dibuka oleh Sekretaris Camat Kecamatan Makasar, Ompu M. Taufik, yang menegaskan pentingnya kesadaran bersama untuk menekan kebiasaan merokok di tempat umum.
"Boleh merokok, tapi di ruang khusus. Apalagi kalau ASN, tidak boleh merokok di kantor kecamatan, kelurahan, dan kantor pemerintah lainnya," ujar Ompu.
"Kita dukung bersama agar TBC di wilayah kita berkurang. Karena kalau merokok di tempat umum, orang di sekitar bisa jadi korban --- perokok pasif. Catat dan sebarkan ke media sosial, supaya pesan ini sampai ke seluruh warga. Kita semua kader kesehatan Kampung Siaga TBC."
Bahaya Ganda: Rokok dan TBC
Dalam sesi penyuluhan, dr. Laura Astrid dari Puskesmas Kebon Pala menjelaskan secara rinci bahwa rokok dan TBC memiliki hubungan erat dan saling memperparah.
"Asap rokok merusak jaringan paru dan menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya, bakteri Mycobacterium tuberculosis lebih mudah aktif dan menular ke orang lain," jelas dr. Laura.
Data dari WHO Global Tuberculosis Report 2024 menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi kedua dunia dengan jumlah penderita TBC terbanyak setelah India.
Tahun 2023, tercatat 130.927 kematian akibat TBC di Indonesia --- setara dengan lebih dari 10 orang meninggal setiap jamnya.
Dari seluruh penderita TBC di Indonesia, 147.000 kasus berkaitan dengan kebiasaan merokok.
"Perokok harian memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi menderita TBC dibandingkan yang tidak merokok, dan mantan perokok pun tetap rentan karena paru-parunya sudah rusak," tambah dr. Laura.