Jakarta -- Upaya eliminasi tuberkulosis (TBC) di tingkat komunitas terus diperkuat. Puskesmas Pembantu Kelurahan Kebon Pala bekerja sama dengan Kelurahan Kebon Pala Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Â menggelar kegiatan Advokasi dan Sosialisasi Kampung Siaga TBC pada Rabu (16/7/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari Program Kampung Siaga TBC yang telah dicanangkan nasional sejak April lalu.
Bertempat di aula Kelurahan Kebon Pala, kegiatan dihadiri jajaran FKDM, pengurus RW/RT, tokoh masyarakat, kader kesehatan, serta unsur TNI, Polri, dan Satpol PP. Kegiatan ini sekaligus menjawab tantangan serius tingginya kasus TBC di wilayah tersebut.
Kasus Tertinggi di Kecamatan Makasar
Menurut dr. Kartika Destya Arini, petugas TB dari Puskesmas Kecamatan Makasar, Kelurahan Kebon Pala tercatat sebagai wilayah dengan kasus TBC tertinggi di Kecamatan Makasar. "Tercatat ada 426 kasus di Kecamatan Makasar, dan Kebon Pala mendominasi, terutama di RW 01 dan RW 02," jelasnya.
Data DKI Jakarta pada 2023 mencatat 58.148 kasus TBC, terdiri dari TBC sensitif obat (56.958 kasus), TBC anak (9.285 kasus), TBC HIV (1.566 kasus), dan TBC resisten obat (1.190 kasus). Angka kematian akibat TBC pun cukup tinggi, mencapai 1.630 kasus di Jakarta.
"HIV memang berbahaya, tapi penularannya sulit. Justru penyebab kematian utama pada orang dengan HIV adalah TBC," tegas dr. Kartika memberikan salah satu contoh kasus ODHA terpapar TBC.
Pentingnya Deteksi dan Pencegahan
Dalam pemaparannya, dr. Dwi Handayani, edukator medis Puskesmas Pembantu Kebon Pala, menjelaskan pentingnya membedakan TBC laten dan TBC aktif. "TBC laten tidak menular dan tidak bergejala, tapi tetap berisiko berkembang menjadi aktif. Karena itu penting dilakukan Terapi Pencegahan TBC (TPT)," paparnya.
Pemeriksaan status TBC dapat dilakukan melalui rontgen paru, tes Mantoux (TST), dan tes darah IGRA. Penerima TPT terutama adalah anak-anak di bawah lima tahun, orang dengan HIV, atau individu yang kontak erat dengan pasien TBC aktif. "TPT dapat mengurangi risiko sakit TBC hingga 60--90 persen," tambah dr. Dwi.