Teman saya Abel, Mahasiswa Semester 2 UII yang Membuka Angkringan JB (Joglo Bandulan) di Yogyakarta
Baru memasuki semester dua di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Abel sudah berani membuka usaha angkringan yang ia beri nama Angkringan Joglo Bandulan atau lebih dikenal Angkringan JB oleh anak' muda. Berlokasi di Sukoharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta, angkringan ini bukan hanya jadi tempat kuliner malam, tapi juga sebagai tempat kumpul teman' dan anak muda lainnya apalagi anak' kampus UII
Teman saya Abel memulai usahanya setelah lulus dari SMA di Al-Azhar, bukan karena paksaan orangtua, melainkan karena keinginan kuat untuk belajar dan mandiri, dan juga ia membuka angkringan karena dari kecil sudah diajarkan untuk bisa mengelolah usaha yang dimana orang tua abel memiliki banyak usaha. Ia melihat peluang di tengah budaya nongkrong malam masyarakat Yogyakarta terutama anak muda. Angkringan adalah ikon kuliner malam yang murah meriah, dekat dengan masyarakat, dan selalu punya pelanggan setia.
Walaupun ia orang berada dan orang tua memiliki banyak usaha, Ia membuka Angkeingan JB nya dengan uang tabungan nya sendiri. Dengan modal yang tidak besar dan banyak belajar dari orang tua dan pengusaha-pengusaha di sekitarnya, Abel mulai merancang konsep angkringannya. Ia ingin tempat yang tidak hanya menjual makanan, tapi juga memberi pengalaman nyaman, khas Jogja, dan terjangkau. Maka lahirlah Angkringan Joglo Bandulan, yang mengusung konsep tradisional dengan sentuhan nuansa Joglo
Namun, perjalanan membangun angkringan ini tidak semudah yang dibayangkan.
Membuka usaha dari nol sebagai mahasiswa tentu penuh tantangan. Di awal membuka angkringan, Abel menghadapi banyak hambatan. Mulai dari keterbatasan modal, sulitnya mencari karyawan yang bisa diandalkan, hingga cuaca yang sering tak bersahabat yang membuat angkringannya sepi pengunjung.
"saya pernah hampir duaminggu angkringan sepi, dan hampir nggak ada pelanggan yang datang. Sementara saya sudah belanja bahan, masak, dan menyiapkan semuanya sejak sore. Saat itu sempat terpikir, apa saya salah ambil langkah?" cerita Abel
Tekanan itu sempat membuatnya berpikir untuk berhenti. Sebagai mahasiswa baru, ia juga merasa khawatir usahanya akan mengganggu kuliah. Ia mulai meragukan pilihannya sendiri.
Namun, di titik terendah itu, Abel justru menemukan semangat baru. Ia mulai teringat kembali alasan awal ia membuka angkringan bukan hanya untuk uang, tapi untuk belajar, berkembang, dan membuktikan bahwa anak muda bisa berkarya. Dukungan dari teman-teman dan keluarga juga jadi bahan bakar semangatnya.
"Waktu saya cerita ke teman, mereka bilang, 'Kamu hebat udah mulai dari sekarang. Jangan nyerah.' Itu yang bikin saya bangkit lagi," kata abel
Seiring waktu, Abel mulai belajar menata jadwal antara kuliah dan bisnis. Ia mengatur jam operasional angkringan agar tidak bentrok dengan jadwal kelas, dan mempercayakan beberapa bagian pekerjaan kepada orang kepercayaan. Malam hari, jika tidak ada tugas kuliah mendesak, ia tetap turun langsung mengelola angkringannya sendiri.