Lihat ke Halaman Asli

Pemimpin Bukan Soal Kuasa tapi Soal Rasa

Diperbarui: 14 Juni 2025   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sumber Gambar : uici.ac.id

Tangerang -- Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, paradigma kepemimpinan turut mengalami pergeseran. Bukan lagi soal otoritas semata, melainkan tentang kehadiran dan pelayanan yang berdampak nyata. Di ruang-ruang kelas hingga ruang pemangku kepentingan tinggi, kepemimpinan yang sejati justru lahir dari ketulusan untuk mendampingi, bukan mendominasi. Pemimpin pendidikan masa kini dituntut lebih dari sekadar mengelola administrasi atau mengejar target kurikulum. Mereka harus mampu menciptakan ruang aman bagi peserta didik dan tenaga pendidik untuk tumbuh bersama. Karakter kepemimpinan ini bukan dibangun atas dasar jabatan, melainkan atas kepercayaan yang dirawat melalui teladan, integritas, dan empati. Dalam praktiknya, pemimpin yang melayani tidak menjadikan dirinya pusat perhatian, tetapi menjadi jembatan antara kebutuhan siswa, guru, dan lingkungan belajar. Ia hadir bukan untuk memerintah, melainkan untuk memfasilitasi tumbuhnya potensi terbaik dalam diri setiap individu di sekolah. "Pemimpin sejati dalam pendidikan adalah mereka yang mampu mendengar sebelum berbicara, memahami sebelum menilai, dan mendampingi sebelum mengambil keputusan," ujar seorang pengamat pendidikan. "Mereka tidak mencari pengaruh lewat perintah, tetapi membangun kepercayaan lewat aksi nyata." Pendekatan ini memperlihatkan bahwa kekuatan kepemimpinan tak terletak pada wewenang formal, melainkan pada kemampuan menciptakan relasi yang bermakna. Di sinilah nilai pelayanan menjadi pusat: ketika atasan menjadi teladan dalam kerendahan hati, ketika guru memimpin dengan empati, dan ketika siswa pun diberi ruang untuk memimpin melalui kolaborasi. Kepemimpinan dalam dunia pendidikan bukanlah soal hak istimewa, melainkan bentuk tanggung jawab. Mereka yang menjalankannya dengan hati akan meninggalkan jejak yang tak hanya terlihat di atas kertas laporan, tetapi terasa di dalam kehidupan siswa dan rekan sejawat yang mereka bimbing. Dalam ekosistem belajar yang manusiawi dan inklusif, pemimpin yang melayani akan selalu relevan meski jabatan berakhir, pengaruhnya tetap hidup dalam semangat mereka yang pernah tumbuh bersama. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline