Mohon tunggu...
Enrich Sjarief
Enrich Sjarief Mohon Tunggu... Pelajar

Pelajar Kolese Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Aksi: Dari Layar Sosial ke Lapangan Nyata

4 Oktober 2025   22:21 Diperbarui: 4 Oktober 2025   22:21 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana acara penutupan CC Cup(Sumber:dokumentasi pribadi)

Dari gerakan perubahan foto profil berwarna tertentu untuk menunjukkan solidaritas, hingga kampanye digital seperti #17+8 yang menyoroti semangat kemerdekaan dan kreativitas, anak muda menunjukkan satu hal penting bahwa media sosial bukan sekadar tempat pamer, melainkan ruang ekspresi dan perjuangan nilai.

Di balik layar gawai, ada semangat untuk bersuara, untuk terlibat, dan untuk berbuat sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Namun, pertanyaannya: apakah semangat itu hanya akan berhenti di klik dan share? Ataukah mampu meluas menjadi aksi nyata di dunia yang sesungguhnya.

Tahun 2025 menjadi saksi bahwa semangat digital itu menemukan bentuk barunya: Canisius College Cup XL 2025. Ajang tahunan yang sudah melegenda ini bukan hanya perayaan olahraga antar sekolah, tapi juga ruang nyata bagi anak muda untuk membangun karakter, disiplin, dan kolaborasi.

Lebih dari 200 sekolah berpartisipasi dan 500 panitia terlibat penuh untuk mensukseskan acara ini. Setiap sorak penonton, setiap peluit wasit, dan setiap keringat yang menetes di lapangan adalah simbol dari perjuangan kolektif. CC Cup bukan sekadar pertandingan, ini adalah cermin tentang bagaimana generasi muda bisa bergerak dari hashtag menuju tindakan, dari wacana menuju makna.

Namun, pertanyaannya: apakah semangat itu hanya akan berhenti di klik dan share? Ataukah mampu meluas menjadi aksi nyata di dunia yang sesungguhnya.

Anak muda yang dulu bersuara lewat layar, kini berteriak memberi semangat di tribun. Mereka yang biasanya mengetik kata "support" di kolom komentar, kini hadir langsung menjadi relawan, panitia, atau bahkan petugas kebersihan yang memastikan lapangan tetap bersih.

Inilah bukti bahwa karakter tidak lahir dari kata-kata indah di media sosial, tapi dari kerja nyata, dari kesediaan untuk berkontribusi di ruang publik yang sesungguhnya. Momentum inilah yang membedakan generasi reaktif dengan generasi proaktif: mereka tidak berhenti pada respons instan, tetapi membangun jejak nyata yang akan terus diingat.

CC Cup bukan sekadar turnamen, ia adalah kawah candradimuka pembentukan karakter. Dalam kesibukan mengatur jadwal pertandingan, menyiapkan dokumentasi, hingga mengkoordinasikan keamanan bersama pihak kepolisian, para panitia belajar tentang tanggung jawab dan empati.

Setiap peran memiliki nilai. Seorang time keeper belajar tentang ketepatan waktu; seorang panitia konsumsi belajar tentang kepedulian terhadap orang lain; seorang pemain belajar tentang keteguhan hati dalam menerima kemenangan maupun kekalahan.

Inilah pendidikan karakter yang sering kali tak diajarkan di ruang kelas. Nilai-nilai seperti magis; daya juang untuk menjadi lebih baik, tumbuh melalui pengalaman langsung. Anak muda belajar bahwa "lebih" bukan berarti menjadi sempurna, tetapi berani memperbaiki diri setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun