Mohon tunggu...
Vincenso Marco Pujianto
Vincenso Marco Pujianto Mohon Tunggu... Pelajar

Memang sudah seperti itu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Api yang Tak Pernah Padam

4 Oktober 2025   22:22 Diperbarui: 4 Oktober 2025   22:22 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan Tenis Meja CC Cup XL 2025 (Sumber: Dokumen Pribadi Grandon Dionysis)

Sejarah selalu dihidupkan oleh semangat muda yang menolak padam. Di mana pun, kapan pun, anak muda selalu menjadi percikan api perubahan dari jalanan Jakarta hingga lembah Katmandu. Mereka mungkin berbeda bahasa dan bendera, tapi punya denyut yang sama, keinginan untuk berbuat sesuatu yang berarti bagi sesamanya.

Di Indonesia, semangat itu menyala kembali dalam Canisius College Cup (CC Cup) XL 2025, ketika ribuan siswa berkumpul bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk berjuang melatih tanggung jawab, menyalurkan bakat, dan menumbuhkan karakter. Dan dari sana, kita belajar bahwa perjuangan anak muda bisa hadir di mana pun: di lapangan, di ruang rapat, di panggung musik, bahkan di hati yang tidak mau berhenti berharap.

Anak Muda dan Denyut Perubahan

Beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan bagaimana generasi muda mengambil peran besar dalam perubahan sosial. Di Nepal, ribuan pemuda turun tangan membersihkan reruntuhan setelah gempa besar 2015, tanpa menunggu pemerintah atau organisasi besar. Mereka membangun rumah, sekolah, dan harapan dari puing-puing yang tersisa.

Kisah itu mengingatkan kita bahwa kekuatan anak muda bukan hanya pada ototnya, tetapi pada ketulusannya untuk berbuat tanpa pamrih. Dalam wajah mereka yang lelah, dunia melihat cermin dari apa yang disebut daya juang  kemampuan untuk bangkit, bukan karena disuruh, tapi karena merasa terpanggil.

Semangat itu juga hidup di Kolese Kanisius, di tengah hiruk-pikuk CC Cup XL. Bedanya, bukan dari reruntuhan fisik, tapi dari tantangan membangun jati diri. Setiap Kanisian yang menjadi panitia, peserta, atau penonton belajar bahwa perubahan besar dimulai dari hal kecil: datang tepat waktu, menepati janji, bekerja sama, dan terus berusaha meski lelah.

Lapangan Sebagai Sekolah Kehidupan

CC Cup bukan hanya ajang perlombaan, tetapi ruang belajar yang nyata. Di sana, ribuan energi muda diarahkan untuk sesuatu yang produktif. Setiap teriakan suporter, setiap strategi di lapangan, hingga setiap kerja panitia adalah latihan menjadi manusia yang lebih tangguh.

Mereka belajar kalah tanpa menyerah, menang tanpa sombong, dan bekerja tanpa mengeluh. Di situlah pendidikan karakter sejati ditempa bukan dari teori moral di kelas, tapi dari peluh dan kerja keras di dunia nyata.

Seorang panitia mungkin hanya terlihat menyiapkan administrasi, tapi di balik itu ia sedang belajar komunikasi, tanggung jawab, dan pengendalian diri. Seorang peserta yang tersingkir dari babak awal sebenarnya sedang belajar makna sabar dan ketekunan. Dan seorang penonton yang ikut bersorak, sedang belajar tentang solidaritas. Semua bagian kecil itu membentuk satu harmoni: energi muda yang diarahkan pada kebaikan.

Magis yang Menggerakkan Dunia

Semangat Magis keinginan untuk selalu menjadi lebih baik adalah inti dari setiap perjuangan. Di Nepal, semangat itu membuat pemuda tetap tersenyum di tengah puing. Di CC Cup, semangat yang sama mendorong siswa untuk terus memperbaiki diri, menantang batas, dan berani melampaui apa yang mereka kira tidak mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun