Mohon tunggu...
Ahmad Syugiyanto
Ahmad Syugiyanto Mohon Tunggu... Pendidik

Selami Laut Pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemimpin Bukan Soal Kuasa tapi Soal Rasa

14 Juni 2025   00:42 Diperbarui: 14 Juni 2025   00:42 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangerang -- Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, paradigma kepemimpinan turut mengalami pergeseran. Bukan lagi soal otoritas semata, melainkan tentang kehadiran dan pelayanan yang berdampak nyata. Di ruang-ruang kelas hingga ruang pemangku kepentingan tinggi, kepemimpinan yang sejati justru lahir dari ketulusan untuk mendampingi, bukan mendominasi. Pemimpin pendidikan masa kini dituntut lebih dari sekadar mengelola administrasi atau mengejar target kurikulum. Mereka harus mampu menciptakan ruang aman bagi peserta didik dan tenaga pendidik untuk tumbuh bersama. Karakter kepemimpinan ini bukan dibangun atas dasar jabatan, melainkan atas kepercayaan yang dirawat melalui teladan, integritas, dan empati. Dalam praktiknya, pemimpin yang melayani tidak menjadikan dirinya pusat perhatian, tetapi menjadi jembatan antara kebutuhan siswa, guru, dan lingkungan belajar. Ia hadir bukan untuk memerintah, melainkan untuk memfasilitasi tumbuhnya potensi terbaik dalam diri setiap individu di sekolah. "Pemimpin sejati dalam pendidikan adalah mereka yang mampu mendengar sebelum berbicara, memahami sebelum menilai, dan mendampingi sebelum mengambil keputusan," ujar seorang pengamat pendidikan. "Mereka tidak mencari pengaruh lewat perintah, tetapi membangun kepercayaan lewat aksi nyata." Pendekatan ini memperlihatkan bahwa kekuatan kepemimpinan tak terletak pada wewenang formal, melainkan pada kemampuan menciptakan relasi yang bermakna. Di sinilah nilai pelayanan menjadi pusat: ketika atasan menjadi teladan dalam kerendahan hati, ketika guru memimpin dengan empati, dan ketika siswa pun diberi ruang untuk memimpin melalui kolaborasi. Kepemimpinan dalam dunia pendidikan bukanlah soal hak istimewa, melainkan bentuk tanggung jawab. Mereka yang menjalankannya dengan hati akan meninggalkan jejak yang tak hanya terlihat di atas kertas laporan, tetapi terasa di dalam kehidupan siswa dan rekan sejawat yang mereka bimbing. Dalam ekosistem belajar yang manusiawi dan inklusif, pemimpin yang melayani akan selalu relevan meski jabatan berakhir, pengaruhnya tetap hidup dalam semangat mereka yang pernah tumbuh bersama. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun