Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Semerbak Lavender di Kintamani: Bab Delapan

Diperbarui: 4 Oktober 2025   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya...

Seminggu kemudian, Malini menemukan sebuah catatan kecil di jalan setapak. Dengan tulisan tangan yang rapi dan sedikit miring, tertulis,

"Je vous vois passer. Vous tes le vent du matin."

Aku melihatmu lewat. Kaulah angin pagi.

Dia tahu dia seharusnya tidak memungutnya. Bahwa itu berbahaya. Namun dia melipatnya dan memasukkannya ke dalam saku gaunnya.

Malam itu juga, dia tidak bisa tidur.

Dia pergi ke kebun, berdiri di antara pohon-pohon asam jawa, dan menghirup kegelapan. Angin beraroma laut dan tanah. Dan di antara keduanya, lavender.

Ayahnya pernah menanam tanaman itu di kebun belakang, secara iseng, menentang saran tetangga. Lavender bukan untuk daerah tropis, kata mereka. Namun tanaman itu tumbuh, berbunga, dan hidup.

Malini berdiri di sana, bertelanjang kaki, gaunnya di atas lutut, bertanya-tanya apakah pria ini---Pierre, seperti yang kemudian dia ketahui---akan membawa kemalangan baginya.

Atau sebuah kenangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline