Bandung, 25 Juni 2025 -- Di tengah arus informasi yang semakin deras dan tuntutan kita dalam melakukan banyak hal secara sekaligus yang tinggi, kelelahan kognitif atau cognitive fatigue menjadi fenomena yang sering dialami masyarakat. Kelelahan kognitif adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami kemampuan otak dalam memproses informasi yang menurun akibat dari beban mental yang berlebihan. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kinerja seseorang, tetapi juga pada aspek kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology oleh Zhang dan kolega (2023) serta studi Goodman dkk. (2025) di Behavior Research Methods menemukenali sejumlah gejala yang biasanya terjadi ketika kelelahan kognitif. Gejala tersebut diantaranya kesulitan untuk berkonsentrasi, gangguan memori jangka pendek, peningkatan frekuensi kesalahan dalam pekerjaan, serta munculnya rasa lelah fisik tanpa sebab yang jelas, seperti sakit kepala atau gangguan tidur. Banyak orang yang mengalami kelelahan kognitif juga melaporkan menurunnya motivasi dan mudah untuk menjadi frustrasi, bahkan tugas-tugas yang sederhana sekalipun menjadi lebih berat ketika berada pada kondisi ini.
Dampak kelelahan kognitif tidak boleh disepelekan. Studi yang dipublikasikan di Journal of Cognitive Enhancement (Smith et al., 2019) menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami kelelahan kognitif akan sulit dalam mengerjakan tugas-tugas kompleks yang menyebabkan mereka bisa menghabiskan waktu dua kali lebih lama dari yang biasanya dapat lakukan. Selain itu, risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan juga melonjak signifikan pada orang yang mengalami kelelahan kognitif kronis, sebagaimana diungkapkan oleh Kunasegaran dan rekan-rekannya (2023) dalam Neuroscience & Biobehavioral Reviews. Ditambah lagi, kelelahan kognitif juga dapat memengaruhi seseorang dalam menjalin hubungan sosial, hal ini merupakan akibat dari gangguan konsentrasi dan emosi yang tidak stabil sering kali dapat memancing konflik dengan orang-orang di sekitar.
Penyebab utama kelelahan kognitif di era digital sangat erat kaitannya dengan gaya hidup modern. Paparan informasi yang berlebihan, terutama dari media sosial, menjadi salah satu pemicu utama. Goodman et al. (2025) menemukan bahwa penggunaan media sosial selama dua jam lebih dalam sehari dapat menurunkan kapasitas kognitif seseorang secara signifikan. Selain itu, kebiasaan multitasking dan sering berpindah tugas dalam waktu singkat juga memiliki hubungan dengan menurunnya efisiensi otak seseorang hingga 40%. Kurang tidur, terutama tidur kurang dari enam jam per malam, dapat menjadi salah satu faktor penurunan fungsi memori kerja dan kemampuan berpikir kritis.
Untuk mengatasi kelelahan kognitif, para ahli merekomendasikan beberapa strategi berbasis bukti. Istirahat terstruktur dapat diterapkan dalam mencegah lelah kognitif, contoh penerapannya adalah teknik kerja 25 menit diselingi istirahat 5 menit, tidur siang secara singkat selama 10--20 menit juga dapat dilakukan untuk memulihkan fokus (Cooper, 2023; Medical News Today, 2023). Selain itu, mengurangi konsumsi media sosial serta mematikan notifikasi yang tidak diperlukan juga dapat membantu mengurangi beban mental. Fokus pada satu tugas dalam satu waktu juga lebih efektif dibandingkan multitasking. Melakukan meditasi singkat selama 10 menit per hari dan olahraga ringan seperti jalan cepat selama 30 menit juga memiliki bukti dalam meningkatkan konsentrasi dan aliran darah ke otak (Calm Blog, 2025; 1MD.org, 2025). Tak kalah penting, meregulasi pola tidur yang sehat seperti tidur 7-8 jam tanpa paparan gawai di malam hari juga penting dalam menjaga pemulihan otak dan penguatan memori (Medical News Today, 2023).
Dr. Chris Mosunic, PhD, dari Calm Blog (2025), menegaskan bahwa kelelahan kognitif bukan sekadar lelah biasa, melainkan bentuk system overload pada otak. "Solusinya bukan bekerja lebih keras, tapi lebih cerdas dengan manajemen energi mental," ujarnya. Dengan mengetahui gejala dan mengaplikasikan strategi pencegahan yang tepat, masyarakat dapat menjaga kesehatan mental dan menjadi produktif di tengah derasnya arus informasi digital.
Sumber:
Zhang, Y. dkk. (2023). "The relationship between MBTI personality types and subjective well-being among Chinese adolescents: The mediating role of the Barnum effect and ego identity," Frontiers in Psychology.
Goodman, S.P.J. dkk. (2025). "Cognitive fatigue and its impact on performance: A meta-analysis," Behavior Research Methods.
Smith, E. dkk. (2019). "Cognitive fatigue and task performance: Evidence from complex problem-solving," Journal of Cognitive Enhancement.
Kunasegaran, K. dkk. (2023). "Chronic cognitive fatigue and mental health outcomes: A review," Neuroscience & Biobehavioral Reviews.