Lihat ke Halaman Asli

Swis dan Perjalanan yang Mengubah Cara Pandang Saya tentang Dunia

Diperbarui: 7 Oktober 2025   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Ketika orang bertanya, “Negara mana yang paling berkesan setelah kamu kunjungi?”, saya tidak perlu berpikir lama untuk menjawab: Swiss. Bukan hanya karena keindahan alamnya yang seperti lukisan, atau karena keretanya yang selalu tepat waktu, tetapi karena perjalanan ke Swiss benar-benar mengubah cara saya memandang hidup, waktu, dan makna ketenangan.

Sebelum saya ke Swiss, saya membayangkan negara ini hanya cocok untuk mereka yang ingin bermain ski, atau mungkin untuk para pensiunan kaya yang ingin menikmati hidup di pegunungan. Saya salah besar. Swiss menawarkan sesuatu yang jauh lebih dalam daripada sekadar liburan mewah atau lanskap Instagramable. Swiss adalah negara yang mengajarkan harmoni antara manusia dan alam.

Alam yang Menyentuh Jiwa

Saat pertama kali tiba di Interlaken, saya merasa seperti masuk ke dalam kartu pos. Pegunungan Alpen berdiri megah dengan puncaknya yang tertutup salju, danau-danau biru jernih terpantul sempurna oleh cahaya matahari, serta desa-desa kecil dengan rumah kayu bergaya khas Swiss yang tampak damai dan tertata rapi.

Saya naik kereta ke Jungfraujoch, yang dijuluki “Top of Europe”, dan di sinilah saya merasa benar-benar kecil di hadapan ciptaan alam. Berdiri di atas salju abadi, dikelilingi pegunungan yang menjulang tinggi, saya tak bisa berkata-kata. Udara begitu bersih hingga terasa seperti terapi. Keheningan yang saya rasakan bukan kehampaan, tapi kedamaian.

Ketepatan Waktu dan Kedisiplinan

Swiss mengajarkan saya bahwa ketepatan waktu bukan hanya kebiasaan, melainkan filosofi hidup. Kereta di Swiss sangat terkenal akan ketepatannya—bahkan kalau jadwal bilang akan tiba pukul 10.03, maka kereta benar-benar akan tiba tepat pukul 10.03. Tidak lebih, tidak kurang.

Sebagai orang Indonesia yang terbiasa dengan “jam karet”, awalnya saya merasa tertekan. Namun, lama kelamaan saya menyadari bahwa ketepatan waktu mencerminkan rasa hormat—terhadap orang lain, terhadap pekerjaan, dan terhadap sistem yang telah dibangun bersama. Disiplin bukan tentang mengekang kebebasan, tapi tentang memberi ruang agar semua orang bisa hidup dengan tertib dan nyaman.

Kehidupan yang Sederhana tapi Berkualitas

Meskipun Swiss dikenal sebagai salah satu negara termahal di dunia, saya tidak merasa berlebihan saat berada di sana. Ya, harga makanan atau transportasi memang tinggi, tapi sebanding dengan kualitas yang didapat. Bahkan makanan cepat saji sekalipun terasa lebih segar dan sehat dibandingkan versi yang biasa saya temui.

Penduduk Swiss juga tidak terlihat terburu-buru seperti di kota-kota besar Eropa lainnya. Mereka berjalan santai, menikmati sore di taman, atau duduk membaca buku di tepi danau. Swiss seolah mengajak saya untuk “melambat”, menikmati momen, dan menyadari bahwa hidup tidak harus selalu terburu-buru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline