Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Artikel Utama Kompasiana Gak Bermutu

7 Oktober 2025   09:39 Diperbarui: 7 Oktober 2025   09:39 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kompasiana.  Kapok pakai screenshot AU Kompasiana. Ntar disangka memberi contoh AU gak mutu (Foto: Kompasiana.com)

"Artikel Utama di Kompasiana gak bermutu!" Itu bukan kataku, ya.  Tapi kesimpulan dari seorang rekan kompasianer yang tulisannya gak pernah jadi Artikel Utama (AU) di Kompasiana. Pada hal dia sudah jungkir-balik bikin artikel terbaik.  Bahkan sampai minta tolong pada mantannya.

Gimana, ya.  Nulis artikel sampai jungkir-balik,  logika dan data tulissannya juga ikut jungkir balik, kan.  Pake minta tolong sama mantan pula.  Lha, mantannya sudah punya yang lebih mantap, piye.  Ke laut aja kali.

"Ada buktinya AU Kompasiana gak bermutu," segah kawan itu mulai naik pitam. "Apaan!" tantangku mulai naik pitam juga.  Pitam vs Pitam. "Buktinya jumlah pembaca AU cuma dikit!" katanya.  "Berapa?" kejarku.  "Ratusan saja!" katanya. "Lha, artikelmu yang jungkir-balik itu cuma dibaca puluhan," sergahku.  "Itu kan karena gak jadi AU," jawabnya cepat.  Lha, ini logikanya kok ular gigit ekor sendiri, ya.

Kompasianer yang sakit hati logikanya memang jadi aneh;  logika tapi gak logis.  Embuh, piye.

Eh, sudah 150 kata, ya.  Sudah memenuhi syarat artikel menurut T & C Kompasiana. Tapi boleh nyambung dikit lagi, kan?  

Menurut pendapatku, mutu AU Kompasiana itu secara keseluruhan  baik sekali.  Kompasianer menulis sesuai dengan keahliannya. Bukan kompasianer palugada macam Felix Tani dan Acek Rudy.  

Bahkan sekarang ada kompasianer ahli mantanologi.  Pandai mengulas sisik-melik permantanan berdasar pengalaman mantan-memantan.  Itu kreatif banget; derita jadi cerita.

Lantas mengapa jumlah pembaca AU Kompasiana rada cekak? Jarang sekali ribuan? 

Ada dua kemungkinan.  Pertama, mayoritas kompasianer malas membaca artikel bermutu.  Di tempat kerja sudah dituntut untuk kerja bermutu.  Habis kerja kok masih harus baca yang bermutu juga.  Kan lebih masuk akal baca artikel gak mutu macam artikel ini. Iya gak, sih?

Kedua, artikel itu AU pas tengah malam.  Emangnya siapa yang mau baca artikel tengah malam kecuali kalong dan pocong.  Emang ada kalong dan pocong yang jadi kompasianer?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun