Sempena Peringatan Hari Susu NasionalÂ
Setiap tanggal 2 Oktober, Indonesia memperingati Hari Susu Nasional sebagai bentuk penghargaan terhadap peran susu dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Â
Susu merupakan salah satu sumber nutrisi penting dalam pola makan sehat, terutama dalam program-program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah.Â
Dalam konteks tersebut, muncul pertanyaan krusial, mampukah peternak lokal menyediakan kebutuhan susu dalam program MBG secara berkelanjutan dan mencukupi?
Kebutuhan Susu Nasional dan Ketersediaan Saat Ini
Menurut data Kementerian Pertanian dan Asosiasi Susu Indonesia, kebutuhan susu nasional Indonesia saat ini mencapai sekitar 3 juta ton per tahun.Â
Dari jumlah ini, produksi susu domestik baru mampu memenuhi sekitar 20-25%, atau sekitar 600-750 ribu ton. Sisanya, sebesar 2,25 hingga 2,4 juta ton, masih dipenuhi melalui impor, terutama susu bubuk dan susu cair dari negara-negara seperti Selandia Baru, Australia, dan beberapa negara Eropa.
Ketergantungan pada impor susu ini menjadi perhatian utama dalam upaya kedaulatan pangan dan gizi nasional. Padahal, dengan populasi sapi perah domestik yang mencapai sekitar 500 ribu ekor sapi, potensi produksi susu lokal sebenarnya cukup besar.Â
Namun, produksi susu lokal masih terkendala oleh berbagai faktor yang membatasi kapasitasnya memenuhi kebutuhan nasional, khususnya dalam program MBG yang membutuhkan ketersediaan susu secara masif dan berkelanjutan.
Peran dan Kondisi Peternak Lokal
Peternak lokal yang dimaksud adalah peternak sapi perah dalam negeri, yang tersebar di berbagai wilayah seperti Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.Â
Peternak ini berperan penting dalam menyediakan susu segar dan produk olahannya. Namun, keberadaan peternak sapi perah lokal seringkali menghadapi tantangan mulai dari keterbatasan modal, pakan berkualitas, teknologi budidaya, hingga distribusi susu yang belum optimal.