Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mantan Drummer Heavy Metal Kini Menjadi PM Wanita Pertama Jepang

7 Oktober 2025   11:27 Diperbarui: 7 Oktober 2025   11:38 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sanae Takaichi Mantan Drummer band heavy metal menjadi Perdana Menteri Wanita pertama Jepang. Photo: AP: Kim Kyung-Hoon 

Usianya memang tidak muda lagi, namun di usianya yang ke 64 tahun d itengah gejolak perpolitikan jepang Sanae Takaichi  berhasil menggungguli  rekan separtainya di Partai Demokrat Liberal yang didominasi kaum pria dan  akan menjadi Perdana Menteri Wanita pertama Jepang jika dikukuhkan   oleh parlemen Jepang pada 15 Oktober 2025 mendatang,

Jika ditelusuri rekam jejeknya kemunculan Sanae Takaichi  bukanlah politikus karbitan, namun dirinya merajut reputasi politiknya secara bertahap dan rapi di tengah tengah partainya yang mayoritas kaum pria ini. Sebagai gambaran di Jepang perempuan hanya mewakili sekitar 15 % dari majelis rendah Jepang dan hanya 2  dari 47 gubernur prefektur Jepang yang merupakan perempuan.

Garis Keras

Aliran politik Sanae Takaichi  bukanlah  aliran lemah lembut sebagaimana dirinya seoarng permpuan, namun tergolong penganut haluan politik garis keras.  Hal ini tercermin dari pilihan selera musiknya yaitu heavy metal dan bahkan selama masih menjadi mahasiswa Sanae Takaichi  menjadi dummer band heavy metal di kampusnya.

Sumber: X
Sumber: X

Disamping itu aliran garis keras politiknya tercermin dari dirinya yang  mengidolakan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher  panutan politiknya.  Dalam perjalanan politiknya Sanae Takaichi   cenderung melawan norma norma partiarki.

Keberhasilan Sanae Takaichi  mencapai puncak karir politiknya bukanlah serta merta dapat meyakinkan harapan besar bagi masyarakat Jepang akan terealisasinya kesetaraan jener  karena memang  perempuan sangat kurang terwakili dalam politik Jepang.

Salah satu langkah yang pernah diambil oleh Sanae Takaichi  terkait dengan revisi undang undang yang sudah lama berlalu dimana dirinya tidak menyetujui kewajiban pasangan menikah untuk menggunakan nama keluarga yang sama,  aturan yang mayoritas mengharuskan perempuan menggunakan nama suami mereka.

Sanae Takaichi bergabung dengan parlemen Jepang pada tahun 1993 dan menjabat sebagai menteri untuk berbagai jabatan, termasuk keamanan ekonomi, urusan dalam negeri, dan kesetaraan gender.

Sanae Takaichi  dalam rekam jejaknya tergolong politikus garis keras utamanya dalam hal pertahanan nasional dan ekonomi. Kondisi politik  dalam negeri seperti krisis kekurangan beras dan tekanan poliik luar negeri seperti tarif yang diberlakukan  Donald Trump menempa Sanae Takaichi  menjadi politikus handal.

Sikapnya yang mendukung  pelonggaran moneter yang agresif dan pengeluaran fiskal yang besar, serta menggemakan kebijakan ekonomi mentor politiknya yaitu  mantan perdana menteri Shinzo Abe yang dibunuh, membuat dirinya dikenal sebagai pengikut Abenomic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun