Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Agus Koto

TERVERIFIKASI

Generalist

Rambut Merah, Kepang Dua dan Algoritma

Diperbarui: 12 September 2025   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kebudayaan Hibrid (dokpri)

"Dulu adek kepang dua, sekarang merah-merah."

Kalimat itu menggema di dalam batok kepala seperti potongan lagu yang tak mau berhenti. Terdengar sepele, gaya rambut, warna cat, pilihan filter.

Tapi di baliknya ada pergeseran peta batin: siapa panutanku, dari mana aku belajar menjadi "aku", apa yang bikin aku merasa "masuk" atau "asing".

Kita sering menyebutnya "Barat", seolah ada satu paket nilai yang datang seperti kargo, mendarat di timeline, lalu menyapu bersih halaman hidup.

Kenyataannya lebih rumit. Yang datang lebih mirip mesin: platform, kapital, dan bahasa, tiga roda gigi yang berputar tanpa lelah.

"Barat" kebetulan lama jadi operatornya, tapi sekarang giliran siapa saja yang paham cara mainnya. Buktinya K-Culture bisa menaklukkan playlist dan lemari kita. 

Jadi bukan soal asal-usul semata, melainkan teknik distribusi: siapa yang paling piawai membuat keinginan terasa dekat dan dapat dibeli.

Di kampung, ada seorang ibu yang masih menenun, jarinya hafal pola yang tak pernah dicatat. Siang itu ia berhenti sebentar untuk mengecek ponsel suaminya: video singkat soal teknik pewarnaan alami lewat daun yang difermentasi. Dunia lama dan dunia baru bertemu di layar telapak tangan.

Di kota, ada anak gadis SMA yang mengecat rambutnya merah, pirang, bahkan biru atau hijau neon. Bukan pemberontakan besar, hanya ingin terlihat hidup di cermin hari ini.

Dua adegan kecil itu seperti buku tipis tentang zaman ini: akar dan antena, masa lalu dan sinyal, sama-sama minta ruang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline