Lihat ke Halaman Asli

Ire Rosana Ullail

TERVERIFIKASI

irero

Aku Ingin Setiap Hari Turun Hujan

Diperbarui: 13 Oktober 2025   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi hujan (unsplash.com/A A)

Aku ingin setiap hari turun hujan. Panas matahari belakangan terasa tak karuan. Aku jadi enggan keluar rumah atau melakukan suatu perjalanan. Banyak hal yang membuatku menginginkan hujan setiap hari, kalau perlu sepanjang hari bahkan sepanjang waktu.

Ketika dewasa aku berhasil menemukan sebuah rumus lucu, bahwa ternyata hujan bisa menjadi tempat terbaik untuk menyembunyikan diri. Banyak hal yang membuatku ingin bersembunyi, suara ghibahan tetangga, ajakan seseorang ke suatu tempat yang tak kusukai tapi tak tahu bagaimana cara menolaknya, aktivitas-aktivitas di luar rumah yang menguras energi dan ya itu tadi, panasnya matahari.

Baru kali ini aku melihat hujan sebagai tempat terbaik untuk bersembunyi. Kalau ingin membatalkan janji aku tinggal bilang "lagi hujan". Kalau ingin bermalas-malasan aku bisa bilang "lagi hujan". Padahal mungkin saja aku  hanya malas dan tak ingin pergi.

Hujan membuatku sibuk berdiam diri, berguling-guling sembari melamunkan hal-hal remeh di kasur. Terkadang ia mengajakku makan Indomie plus telur dan irisan cabai. Hujan membuat menu sederhana itu menjadi istimewa. Ini mengajariku bahwa makanan enak itu tak hanya soal rasa tapi juga soal ketepatan waktu.

Aku suka kalau hujan sudah menyentuh tanah karena beberapa detik setelahnya akan timbul aroma yang membuatku tenang. Aroma tanah basah seperti  sebuah harapan, bahwa bumi ini masih layak kutinggali. Suara tetesan air seolah menjamin bahwa hidupku kedepannya akan baik-baik saja.

Hujan membuat suasana rumahku menjadi lebih dingin, maka itu aku tak perlu menyalakan kipas angin. Di luar suara tetesan hujan terdengar riuh tapi itu justru membuat suasana di dalam rumahku menjadi tenang. Kucing-kucingku akan tidur. Tak ada tetangga yang datang untuk meminta tolong sesuatu pula tukang paket yang mengantarkan pesananku.

Semua orang takut hujan, sementara aku sedang takut orang. Hujan menyelamatkanku dari orang-orang. Seperti sebuah tirai, ia melindungiku dari orang-orang yang hendak datang.

Dulu ketika kecil aku tak suka hujan. Ia lebih seperti penghalang. Aku tak bisa bermain ke luar rumah, memanjat pohon atau berlarian di depan langgar ketika mengaji di sore hari. Hujan kala itu lebih seperti ibuku yang suka mengomel, ini tak boleh, itu tak boleh.

Tapi aku sudah besar sekarang dan aku mulai menyukai hujan. Aku sadar tak sebaiknya aku memusuhi hujan. Aku justru suka berkawan dengannya. Ia memberiku kesempatan untuk menenangkan diri. Dengannya aku bisa membaca dengan lebih khusyuk atau menulis dengan lebih tenang.

Karena itulah aku ingin setiap hari turun hujan. Mungkin karena banyak hari yang perlu kuselamatkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline