Lihat ke Halaman Asli

Penolakan Hare Krishna di Kalangan Umat Hindu di Indonesia

Diperbarui: 6 Maret 2025   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

PENDAHULUAN

Fenomena penolakan terhadap aliran Hare Krishna di kalangan umat Hindu di Bali dan Indonesia telah menjadi perdebatan serius mengenai keberagaman praktik keagamaan serta kearifan lokal. Hare Krishna, yang berasal dari Gaudiya Vaishnavisme , menekankan pemujaan eksklusif kepada Krishna sebagai manifestasi utama Tuhan, sementara Hindu di Indonesia, terutama di Bali memiliki sistem kepercayaan yang lebih inklusif dengan pemujaan kepada banyak dewa sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa.  

Dalam beberapa tahun terakhir, muncul aksi-aksi penolakan terhadap Hare Krishna, baik melalui demonstrasi maupun tuntutan kepada Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) untuk tidak mengakui aliran ini sebagai bagian dari Hindu di Indonesia. Penolakan ini didasarkan pada kekhawatiran bahwa ajaran dan praktik Hare Krishna berpotensi mengubah struktur sosial dan budaya Hindu Nusantara. 

PEMABAHASAN

A. Perbedaan Ajaran dan Praktik Keagamaan

         Perbedaan mendasar dalam ajaran dan praktik keagamaan menjadi faktor utama penolakan Hare Krishna oleh sebagian besar      umat Hindu di Indonesia. Hindu Dharma di Bali mengajarkan keseimbangan antara spiritualitas dan budaya lokal, di mana pemujaan kepada Tri Murti (Brahma, Vishnu, Shiva) serta leluhur adalah bagian penting dalam kehidupan keagamaan. 

        Sebaliknya, Hare Krishna menekankan pemujaan tunggal kepada Krishna yang dalam praktiknya sering kali mengabaikan upacara adat dan pemujaan leluhur yang sangat dihormati dalam Hindu Bali. Beberapa komunitas Hindu merasa bahwa ajaran ini berpotensi mengikis budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun yang menyebabkan munculnya reaksi keras terhadap keberadaan aliran ini di Indonesia.

      Untuk mengatasi konflik ini, diperlukan dialog keagamaan yang lebih terbuka antara pemuka agama Hindu Nusantara dan Hare Krishna. Dialog ini bertujuan untuk mencari titik temu agar perbedaan praktik tidak menimbulkan perpecahan. Selain itu, Hare Krishna dapat lebih menghormati adat dan budaya Hindu lokal dengan cara menyesuaikan diri tanpa harus menghilangkan keyakinan mereka sendiri. 

B. Ketidaksesuaian dengan Prinsip Keberagaman dan Kearifan Lokal

      Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan Bhinneka Tunggal Ika. Beberapa kelompok Hindu menilai bahwa ajaran Hare Krishna cenderung eksklusif dan tidak cukup menghormati nilai-nilai budaya serta kearifan lokal yang telah lama menjadi bagian dari praktik Hindu di Indonesia. 

     Penolakan ini juga didasarkan pada anggapan bahwa Hare Krishna tidak sepenuhnya sesuai dengan asas-asas yang tertuang dalam UUD 1945, terutama dalam aspek pengayoman, kemanusiaan, dan kesetaraan. Beberapa komunitas Hindu mendesak PHDI untuk tidak memberikan perlindungan kepada Hare Krishna, karena dianggap dapat merusak harmoni yang telah terjalin dalam praktik Hindu Nusantara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline