Mohon tunggu...
Amorita R
Amorita R Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Literasi Kesehatan dalam Komunikasi Kesehatan

2 Desember 2017   19:39 Diperbarui: 2 Desember 2017   19:43 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

             Orang dengan literasi kesehatan yang rendah mungkin membutuhkan lebih besar kegiatan promosi kesahatan dan upaya pencegahan penyakit, karena terbatasnya pengetahuan akan kesehatan. Ketidakmampuan orang untuk mengakses, memahami, dan menerapkan informasi kesehatan ke kehidupan mereka sendiri dapat memberi dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan mereka. Tingkat literasi  kesehatan yang rendah juga  menjadi penghalang yang signifikan bagi komunikasi ke pasien /dari  penyedia yang efektif, itulah yang menjadi tantangan dalam menyampaikan pesan ke orang dengan kemampuan membaca kesehatan yang buruk. 

Salah satu alasan kegagalan komunikasi ini adalah bahwa orang-orang dengan kemampuan membaca kesehatan rendah mungkin tidak pasti atau tidak sadar akan jumlah informasi yang harus mereka sebarkan dan bagikan, atau mereka mungkin tidak menyadari akan kebutuhan untuk mengungkapkan informasi tersebut. Lebih jauh lagi, banyak orang dengan tingkat kesehatan rendah tidak mengungkapkan status literasi mereka ke para providermereka, karena mereka beranggapan bahwa tingkat literasi  mereka sesuai atau relevan dengan kesehatan mereka (Roter, 2000).

            Konsekuensi lain dari tingkat literasi  kesehatan yang rendah pada komunikasi pasien / penyedia adalah bahwa orang dengan tingkat kesehatan yang tidak memadai berisiko tinggi mengalami diagnosis secara tidak benar. 

Jika orang tidak dapat secara jelas mengkomunikasikan masalah medis mereka, penyedia layanan kesehatan mereka mungkin akan menarik kesimpulan mengenai informasi yang terbatas atau tidak benar. Selanjutnya, hasil tes kesehatan atau evaluasi, dan keputusan pengobatan berdasarkan hasil tersebut, mungkin tidak valid jika tes memerlukan masukan lisan dan tulisan dari pasien dengan tingkat kesehatan yang tidak memadai. Misalnya, Mayeaux dkk. 

(Thompson, 2008:25) menemukan bahwa beberapa orang dengan tingkat keaksaraan kesehatan rendah dinilai seolah-olah mereka menderita demensia mental pada Pemeriksaan Mental Negara Mini, walaupun sebenarnya tidak. Para peneliti berhipotesis bahwa orang dengan tingkat melek kesehatan rendah mencatat skor rendah pada pemeriksaan karena ketidakmampuan mereka menyelesaikan tes yang diberikan sendiri.

            Hal ini menantang untuk mengelola intervensi kesehatan komunikasi dengan orang yang memiliki literasi kesehatan yang rendah, kemampuan literasi mereka yang terbatas, membuat sulit bagi mereka untuk mengakses, memahami, dam menerapkan pesan komunikasi kesehatan yang ingin disalurkan bagi mereka dengan literasi kesehatan yang rendah. Oleh karena itu, jika ingin sukses dalam membuat program komunikasi kesehatan haruslah mempertimbangkan beberapa hal, antara lain : memperhatikan karakteristik target audiens,kebutuhan dan hambatan juga harus dipertimbangkan ketika ingin mengembangkan, mengimplementasi, dan mengevaluasi program komunikasi kesehatan.

            Seluruh bidang komunikasi kesehatan haruslah didasari pada asumsi bahwa komunikator dalam komunikasi kesehatan harus mengetahui banyak mengenai target mereka dan juga memastikan bahwa informasi mereka menginformasikan target mereka. Salah satu langkah pertama dalam mengembangkan intervensi komunikasi kesehatan adalah harus mengekplorasi dan menilai tingkat melek akan kesehatan dari para target dengan penggunaan dari strategi penilaian kualitatif yang tepat.

             Data mengenai tingkat literasi kesehatan pada target audiens.Dapat menginformasikan keputusan yang berkaitan dengan segmentasi target, pengembangan pesan, pilihan saluran dan banyak aspek intervensi lainnya. mengenai segmentasi target, ada kemungkinan akan menggolongkan target pada melek kesehatan yang rendah dan tingkat melek kesehatan yang tinggi. 

Target dengan melek kesehatan rendah akan memerlukan pendekatan komunikasi kesehatan yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan tingkat melek kesehatan yang lebih tinggi. Saluran pesan yang digunakan juga akan berbeda, Segmen literasi kesehatan yang rendah mungkin lebih terjangkau dengan saluran interpersonal dan multimedia daripada dengan bahan cetakan. 

Kita juga harus mempertimbangkan orang-orang yang memiliki literasi media yang rendah, yang mana  cenderung menolak penggambaran dan pesan media yang tidak tepat atau tidak sehat, yang dapat menyebabkan mereka mempercayai informasi yang tidak tepat dan untuk menerapkan perilaku tidak sehat. beda halnya dengan seseorang yang telah berhasil mengembangkan literasi media akan menjadi konsumen media yang lebih baik dan lebih kritis, dapat melihat validitas dan nilai relatif dari informasi yang disajikan melalui media ini (Thompson, 2008, 587).

              Konstruksi komunikasi kesehatan lainnya  yang penting  adalah budaya. Budaya didefinisikan sebagai "perilaku terpelajar, tidak acak, sistematis yang ditransmisikan dari orang ke orang dan dari generasi ke generasi" (Stein & Rowe,dalam Thompson, 2008, 593 ).  Budaya dapat menyebabkan suatu masyarakat emmiliki literasi medai yang rendah atau tinggi, karena itu budaya masyarakat dan literasi kesehatan dapat berinteraksi sedemikian rupa untuk mempengaruhi apakah orang memperhatikan pesan komunikasi kesehatan dan apakah mereka menerapkan pesan tersebut pada keyakinan dan perilaku mereka sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun