Mohon tunggu...
Zaly
Zaly Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seseorang yang gemar menulis cerpen dan karya lainnya. bisa kunjungi akun instagram untuk lebih lanjut !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Kaki di Balik Kabut

30 Agustus 2025   07:18 Diperbarui: 30 Agustus 2025   07:18 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jarum jam di pergelangan tangan Arya menunjukkan pukul 04.00 pagi. Dingin menusuk tulang, dan kabut tebal menyelimuti setiap jengkal jalan setapak. Sudah tiga jam ia mendaki, sendirian. Gunung Lawu selalu punya daya tarik misterius baginya. Banyak cerita mistis yang beredar, tapi Arya hanya ingin menenangkan pikiran dari bisingnya kota.

Langkah kakinya terhenti saat melihat sebuah gubuk kecil yang tampak terabaikan. Atapnya sebagian sudah runtuh, dan pintunya sedikit terbuka. Arya merasa aneh. Setahunya, tidak ada gubuk di jalur pendakian ini. Dengan hati-hati, ia mendekat. Terdengar suara aneh dari dalam, seperti gesekan benda tumpul.

"Halo?" sapanya pelan.

Tidak ada jawaban. Arya memberanikan diri mendorong pintu lebih lebar. Bau apek dan tanah basah menyeruak. Di sudut ruangan, sebuah laci kayu terbalik. Dari bawahnya, sepasang mata boneka porselen menatap kosong ke arahnya. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari balik gubuk. Arya bersembunyi di balik semak-semak.

Seorang kakek tua dengan jubah lusuh muncul. Wajahnya dipenuhi kerutan dan matanya cekung. Ia berjalan terhuyung-huyung, memegang sebuah tas kain. Arya menahan napas. Kakek itu duduk di depan gubuk, mengeluarkan sebuah buku bersampul kulit dari tasnya. Ia membuka buku itu, lalu mengusap-usap halaman yang sudah menguning dengan tatapan kosong.

"Sudah saatnya kau kembali, Nak," gumam kakek itu pelan, suaranya serak.

Arya tak mengerti apa yang ia lihat. Siapa kakek ini? Dan siapa "Nak" yang ia maksud? Rasa ingin tahu mengalahkan rasa takutnya.

"Kakek siapa?" tanya Arya memberanikan diri keluar dari persembunyiannya.

Baca juga: Malam Kereta Senja

Kakek itu mendongak, matanya yang cekung membulat terkejut. "Siapa kau? Kenapa kau di sini?" tanyanya panik.

"Saya pendaki. Saya melihat gubuk ini dan penasaran," jawab Arya jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun