"Kau harus menemukan benda yang membawaku ke sini. Hanya dengan itu aku bisa pergi," jawab gadis itu, matanya menatap Dika dengan penuh harap.
"Di mana aku bisa menemukannya?" Dika bertanya, berusaha menahan rasa takut.
"Di bawah lantai, di tempat aku terjatuh," katanya, menunjuk ke arah sudut kamar.
Dika menunduk dan mulai menggesek lantai dengan besi yang dia bawa. Setelah beberapa saat, dia menemukan sebuah kotak kecil yang tertutup debu. Dengan hati-hati, dia membukanya dan menemukan sebuah kalung tua.
"Ini dia!" teriak Dika, mengangkat kalung itu. "Apakah ini yang kau cari?"
Gadis itu tersenyum, dan Dika merasakan hawa hangat menyelimuti ruangan. "Ya, itu dia. Sekarang aku bisa pergi," katanya, suaranya semakin lembut.
Dika merasa lega, tetapi juga sedih. "Selamat tinggal," ucapnya, melihat gadis itu mulai memudar.
"Terima kasih, Dika. Kau telah membebaskanku," jawabnya sebelum menghilang sepenuhnya.
Setelah itu, Dika merasa tenang. Dia tahu bahwa dia telah melakukan sesuatu yang baik. Namun, saat dia berbalik untuk meninggalkan kamar, dia mendengar suara lembut lagi. "Jangan lupakan aku."
Dika menutup pintu kamar itu dengan hati-hati, berjanji dalam hati untuk selalu mengingatnya. Malam itu, dia tidak hanya menemukan keberanian, tetapi juga sebuah kisah yang akan selalu dia bawa dalam hidupnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI