Mohon tunggu...
Amir Al Maruzy
Amir Al Maruzy Mohon Tunggu... Freelancer - blogger

Belajar Adalah Kunci Sukses.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kue Dadar Kenanganmu Kini

2 September 2010   14:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:30 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_247535" align="alignnone" width="259" caption="Kue Dadar (dok.pribadi)"][/caption] Selama 21 hari puasa, rata-rata hidangan buka puasa kami di rumah selalu dihiasi kue yang berbentuk bulat dan berwarna hijau, yang biasa disebut kue dadar. Kue dadar memang enak. Yang saya suka karena ditengah kue ini diisi dengan Karake (bahasa makassar, gula merah dicampur dengan kelapa parut lalu disangrai). Wow.. lezaat sekali kue ini. Ditambah dengan penampilannya yang menawan, berbentuk bulat memanjang dan berwarna ijo daun.

Ibu saya memang ahli bikin kue dadar, apa-apa serba kue dadar, ada acara hajatan, kue ini selalu tidak terlewatkan. Apalagi bulan puasa seperti ini. Kata ibuku leher mesti dimanjakan dengan segala macam penganan yang lezat-lezat. Inilah prinsip ibuku yang selalu kuimpi-impikan. Memanjakan leher tatkala berbuka puasa dan makan sahur.

Entah dimana ibuku belajar resep kue dadar ini. Soalnya buatan ibuku koq beda dengan kue dadar yang dijual diwarung-warung. Ataukah ini hanya perasaan cinta saya sama ibuku. Sehingga apapun itu kalo dibuat oleh tangan ibuku selalu special. Memang kita patut menunjukkan cinta kita sama orang tua kita yang hidup matinya diberikan kepada kita sampai gede seperti ini.

Puasa pertama dilewati dengan menyempurnakannya pada acara berbuka puasa dirumah. Yang dihiasi dengan kue ‘ijo daun” ini. Begitupun hari-hari selanjutnya. Memang terasa special, khususnya di indonesia. Peristiwa bersejarah maha besar, yakni Proklamasi kemerdekaan bertepatan dengan bulan puasa kali ini. Seperti sejatinya 65 tahun yang lalu. Lalu kemudian muncul peristiwa yang tidak mengenakkan di indonesia. Malaysia bikin ulah, menangkap 3 PNS DKP Batam. Yang menyulut ketegangan yang memang sudah tegang akhir-akhir ini. Lalu muncul peristiwa gunung Sinabung meleduk. Wah puasa kali ini disamping special juga penuh cobaan-cobaan dari Allah.SWT, gumanku. Semua peristiwa diatas belum memudarkan rasa cinta saya dan keluarga pada kue dadar “si ijo daun”(karena memang tidak ada hubungannya he he he).

Namun kecintaan kami sama kue dadardadar ini akan segera berbalik menjadi pembenci kue favorit kami, dan kecintaan itu akan tinggal sejarah. Pada tanggal 1 kemarin, kami dikejutkan oleh peristiwa maut kue dadar ini. 8 orang meninggal seketika setelah menyantap kue ini di sebuah desa di kabupaten Barru, kurang lebih 100 KM dari daerah kami Moncongloe-Maros. Menurut kejadian yang digambarkan oleh media, kejadian itu bermula saat satu keluarga besar ini, kumpul-kumpul sambil membicarakan rencana pernikahan anak mereka dan juga salah satu anak dari keluarga ini juga ada yang siap-siap berangkan menjadi TKW di Malaysia. Keluarga tersebut membuat penganan takjil buka puasa, yakni kue dadar (mungkin keluarga di Barru ini sama dengan keluarga kami yang hobby habis sama kue dadar). Lanjut cerita, keluarga di Barru ini kemudian menyantap kue dadar tersebut. Setelah 5 menit kemudian timbul tragedi itu, satu persatu keluarga ini bertumbangan, muntah-muntah dan kemudian meninggal satu-satu. Akhirnya 8 rang dinyatakan meninggal dari 15 anggota keluarga yang makan kue dadar tersebut. Sampai tulisan ini dimuat, belum dikeluarkan secara resmi oleh pihak yang berwenang, penyebab atau kronologis kenapa kue dadar ini menjadi kue maut perenggut 8 nyawa.

Setelah mendengar dan meyaksikan kabar ini.Kami jadi membenci kue dadar ini. Mulai kemarin (tanggal 1) kue itu menghilang tampa bekas di piring tempat berbuka puasa kami. Ibu saya menyatakan putus dan membenci dengan kue dadar. Saya dan keluarga lainnya pun iku “menyatakan perang” sama kue dadar. Logikanya memang hanya segilintir kue dadar yang jadi pembawa maut. Tapi begitulah, sesuai dengan pepatsh usang “susu sebelanga risak oleh setitik nila”. Kami sudah berprinsip tak akan mendekati kue dadar yang dahulu disanjung-sanjung keluarga kami. Kini kue dadar bagi keluarga kami hanya tinggal sejarah. Dan ibuku mengatakan akan beralih membuat kue-kue lainnya yang tak kalah enaknya. Dalam benak saya kemudian tergambar kenangan manis bersama kue dadar yang kini telah lenyap atas perbuatan oknum kue dadar di Barru, yang merenggut nyawa sampai 8 orang. Mungkin hubungan malaysia denga Indonesia bisa diperbaiki dan dirukunkan kembali. Tapi soal kue dadar ini telah dibuang jauh-jauh oleh ibuku dan diikuti oleh leluarga kami. Ibuku telah menyatakan tekad “ say no to Kue dadar”.

Itulah sekelumit kisah kami tentang kue dadar, mungkin dibelahan bumi lain, tepatnya di Buol Sulawesi tengah punya cerita lain. Karena hampir bersamaan dengan tragedi kue dadar di Barru. Peristiwa serupa tapi beda juga terjadi disana, serupa karena tragadi itu menelan juga korban nyawa 8 orang. Bedanya karena saudara-saudara kita yang di Buol ini meninggal karena terkena timah panas aparat.

Bulan puasa kali ini memang “beda” penuh dengan cobaan-cobaan yangInsya Allah tambah mempertebal iman kita. Peristiwa-peristiwa diatas merupakan bukti akan kekuasaan Allah. SWT. Dimana manusia itu hanya bisa berserah kepadanya. Tetap semangat Indonesia-ku.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun