Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Juta Judul Buku Baru, Berapa yang Sudah Anda Baca?

17 Mei 2021   09:57 Diperbarui: 17 Mei 2021   15:53 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baca buku (Photo by Nataliya Vaitkevich from Pexels)

Global English Editing pernah memuat infografis yang menggambarkan bahwa, di tahun 2018, orang Indonesia menghabiskan 6 jam per minggu untuk membaca buku, jauh di bawah India 10,42, Thailand 9,24, China 8 jam dan Filipina 7,36 jam.

Kondisi ini dapat disandingkan dengan gambaran tingkat literasi kita sebagai bangsa.

Perhatikan data World's Most Literate Nations yang dirilis oleh Central Connecticut State University. 

Dari 61 negara yang diukur, peringkat literasi negara kita adalah 60, di bawah Thailand (59), Malaysia (53), Singapura (36), dengan pemuncak negara-negara Skandinavia. Indonesia hanya setingkat di atas Botswana (61)! Studi yang sama menampilkan bahwa akses surat kabar warga kita berada di peringkat 55, di bawah Thailand (53), Malaysia (50) dan Singapura (34). Pada kategori perpustakaan, yang mengukur berdasarkan jumlah pustakawan, jumlah perpustakaan umum, jumlah perpustakaan sekolah dan koleksinya, peringkat kita adalah 36,5 lebih baik dibanding Malaysia (44), Thailand (40,5) dan Singapura (59).

Bagaimana dengan keluaran sistem pendidikan yang mengukur kemampuan membaca? Singapura ada di peringkat pertama, Indonesia ada di peringkat 45, syukurnya, di atas Thailand 53 dan Malaysia 56.

Apa arti semua data atau informasi di atas?

Bangsa kita lebih suka menikmati hiburan berbasis audio-visual lalu bercakap-cakap di medsos ketimbang membaca buku. Kebiasaan membaca buku terpinggirkan oleh kebiasaan membaca apa saja yang melintas di media sosial sembari mengikuti hiburan di kanal berbagi video.

Meski keduanya sama-sama akitifitas membaca, namun

godaan kecepatan mengakses dan berbagi serta ragam bahan di media internet mengalahkan godaan buku yang secara fisik mungkin tampak berat, kaku dan membosankan. 

Padahal buku menawarkan kerangka yang jelas dan urutan narasi yang runut tentang sesuatu hal yang menjadi isi buku tersebut. Tentu saja selalu terdapat kemungkinan bahwa ada buku yang tidak berkualitas dari sisi maupun struktur penyajian, namun biasanya buku seperti ini tidak akan bertahan lama dibicarakan orang.

Seberapa sabar kita menelusuri asal-usul sebuah tulisan, cuitan atau sejenisnya yang silih berganti memberi notifikasi di akun medsos kita minta dibaca? Ketika kita menemukan bahwa sebuah tulisan ternyata bohong dan karenanya tidak layak dibincangkan, bisa jadi luas sebarannya sudah tak terbayangkan sebagaimana dampaknya juga barangkali tidak kita perkirakan.

Buku sebaliknya memberi ruang yang lapang untuk kita bisa melihat profil penulisnya, lingkup bahasannya, segmen tujuan pembacanya bahkan maksud pemulisannya. Saat ingin mengetahui tentang aspek kemasyarakatan sebuah komunitas, kita bisa membaca buku dari kategori antropologi atau sosiologi dari penulis yang memang profilnya sepadan dengan tema tersebut. Tema politik, demokrasi, ekonomi, teknologi, lingkungan, arsitektur sampai agama, bahkan fiksi atau sastra dengan buku maka sedari awal kita sudah bisa melakukan pemilahan bahan yang ingin dibaca yang akan menghindarkan kita dari kesemrawutan pendapat. Hanya penulis level dewa, atau begawan saja yang memiliki kemampuan menggunakan banyak perspektif untuk meramu satu isu tertentu. Dan ke-begawan-an itu bisa dilihat dari profil penulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun