Ngainun Naim
Â
Pertanyaan seperti judul ini acap kali saya sampaikan saat diskusi dengan tema literasi. Pertanyaan ini, menurut saya, penting karena membaca adalah basis literasi. Aneka program dan kegiatan literasi akan rapuh tanpa tradisi membaca. Jadi membaca itu kunci penting dalam literasi.
Membaca buku, khususnya buku cetak, sekarang ini menghadapi tantangan yang tidak ringan. Ketika membaca buku belum mengakar kuat dalam masyarakat kita, internet dengan aneka produknya datang menyerbu. Tentu internet lebih menarik dibandingkan buku cetak. Implikasinya, dunia membaca buku juga semakin ditinggalkan.
Sekarang ini terasa janggal jika ada orang yang membaca buku cetak di tempat umum. Sama kurang lazimnya orang masih dengan tekun menulis di buku memakai pulpen.
Data yang ada menunjukkan bahwa masyarakat kita yang menjadi pengguna internet sangat banyak. Rata rata warga Indonesia menghabiskan waktu 5 jam setiap harinya untuk mengakses beraneka hal https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9290/Siti%20Nurina%20Hakim.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
Pengguna internet terbanyak adalah kalangan remaja. Secara psikologis mereka belum memiliki kontrol diri yang mapan. Penjelajahan ke dunia maya yang mereka lakukan tidak hanya pada hal positif yang bermanfaat tetapi juga pada hal negatif yang merusak.
Sekarang ini zaman digital. Di zaman ini, literasi tetap menjadi kunci. Literasi di zaman ini disebut sebagai literasi digital.
Paul Gister (1997) menyebut bahwa literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Literasi digital saat ini sangat penting karena informasi melimpah ruah.
Penggunaan perangkat digital bukan persoalan bagi kalangan remaja tetapi mereka belum tentu memiliki kemampuan untuk bisa sosialisasi, bersikap kritis, kreatif, dan inspiratif. Padahal literasi digital mencakup juga kemampuan-kemampuan lain di luar penggunaan perangkat.