Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan Gadaikan Harga Diri, Harkat dan Martabat

10 Februari 2024   16:37 Diperbarui: 10 Februari 2024   17:04 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ada yang lebih krusial lagi, dikalangan pemilih, terkadang berujar, "ada yang mau memberi, mengapa kita tidak ambil". Ada juga pemilih yang memang tergolong mampu, masih juga mengambil "cuan recehan" yang dibagi-bagikan tersebut, dengan alasan, kapan lagi mau mencicipi "duet" calon (apalagi calon itu terindikasi bukan menggunakan cuan pribadi, tetapi bertengger pada cuan yang sumbernya invisible), maka jelas-jelas mereka akan berujar, terima saja "cuan" itu, kan bukan "cuan" dia juga (bukan cuan calon juga)

 

Selanjutnya, bagi-bagi "cuan recehan"  ini tumbuh subur, karena mereka yang menerima-nya, mau mendapatkan cuan dengan cara gampang saja. Bayangkan, jika satu calon membagi-bagikan "cuan recehan", katakanlah Rp, 100,000,- saja untuk satu pemilih, jika ada sepuluh  calon yang melakukan aksi yang sama dengan waktu yang bersamaan, maka satu pemilih akan memperoleh cuan Rp. 1.000.000,- dalam waktu  sekejap.

Ditambah lagi sikap mental sebagaian dari kita, yang lebih mengutamakan kepentingan sesaat, ketimbang mempertimbangkan hal-hal jangka panjang. Kita lupa bahwa dengan menerima "cuan recehan" tersebut, berarti kita sudah mendukung "perbuatan jahat", bukankah dengan menerima "cuan recehan"  tersebut, kita sudah menumbuh suburkan  aksi "sogok-menyogok", yang nota bene agama manapun "melarang/mengharamkan" tindakan tersebut.

 Harga, Harkat dan Martabat Diri dan Bangsa.

           

            "Cuan recehan" yang yang diterima oleh anak negeri ini  selaku pemilih tersebut, atau anak negeri ini yang ketiban "caun recehan" tersebut, mempertaruhkan harga diri, harkat dan martabat-nya.

            Bila disimak, dengan adanya pemberian cuan dalam bentuk barang "secuil" tersebut dan dalam bentuk "cuan recehan" tersebut, anak negeri ini tidak hanya mempertaruhkan harga diri, harkat dan martabat diri-nya sendiri, tetapi lebih jauh akan mempertaruhkan harga diri, harkat dan martabat bangsa yang tercinta ini.

            Betapa tidak, dengan antri panjang, dan antri berjam-jam  hanya sekedar untuk mendapatkan bingkisan "secuil" tersebut, demi memburu "cuan recehan" pada saat  pajar menyingsing tersebut, kita lupa bahwa semua mata memandang ke suasana yang tercipta, ditambah lagi akan ada pihak yang mengekspos-nya ke berbagai media.

Kondisi ini, jelas akan menciptakan kesan "menjatuhkan harga diri,harkat da martabat" yang menerimanya. Lebih jauh lagi, akan menjatuhkan harga diri,harkat dan martabat bangsa yang sudah besar dan ditakuti oleh bangsa lain tersebut.

           Bagimana Sebaiknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun