Mohon tunggu...
AMI MUSTAFA
AMI MUSTAFA Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Apalah apalah, jangan ribet! aku sendiri sudah cukup ribet orangnya

Nulis suka-suka, tema suka-suka, konsistensi suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cenil Belajar Memaki

18 November 2020   21:51 Diperbarui: 18 November 2020   21:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah sebabnya sikap Mak Bijah kadang sangat kasar pada Cenil karena kesal pada ulah anak lelakinya yang akhirnya membuatnya repot mengurus bayi di usia tua.  Apalagi setelah Ulan meninggal jadi jarang datang dan tak pernah memberi nafkah. Tapi juga tak bisa membuang Cenil karena itu darah dagingnya, keturunan keluarganya.

Tapi menurutku sungguh itu bukan alasan untuk memperlakukan anak kecil dengan kasar. Diusianya yang ketiga Cenil sudah bisa membentak neneknya dengan kata-kata "tolol Lo ya'. Semakin senang membangkang dan di sela jerit tangisnya Ia memaki neneknya 'setan' atau 'kampret'.

Aku lebih senang menghindar kalau Mak Bijah dan Cenil lewat di depan rumahku. Berharap mereka tak usah singgah saja jika melihatku sedang sibuk merawat tanaman. Aku tidak tahan jika mereka singgah dan betah duduk-duduk di bangku halaman. Karena pasti akan ada pertengkaran dan caci maki antara nenek dan cucu itu. Hal sepele saja seperti misalnya Cenil menyentuh daun philodendron yang mengkilap karena baru saja ku semir pasti Mak Bijah akan membentak

"Hei!! Jangan pegang-pegang, jangan nakal ya!!"

Padahal aku saja tak kan marah jika tanamanku disentuh. Kalau sudah dibentak begitu Cenil akan cemberut marah dan balas membentak

"Bodo!! Orang cuma pegang dikit juga! Tolol Lo itu"

Astaga, tepuk jidad elus dada. 

"Cenil kok begitu sama nenek, kan gak baik" ujarku pelan seraya menatap matanya lembut.

Cukup begitu saja sikapku sudah mampu membuat Cenil melemah dan menunduk merasa bersalah. Tapi kelihatannya tetap kesal pada neneknya. Si nenek akan melanjutkan kekesalannya dengan mengomel sampai mengungkit-ungkit asal muasal Cenil. Mengatakan sikap Cenil yang keras dan kasar karena lahir dari hasil perselingkuhan. Aduh, Mak Bijah apa lupa kalau selama ini Cenil belajar dari apa yang diterimanya. Cenil hanya meniru apa yang dilakukan neneknya terhadapnya. 

Aku memilih diam dan berusaha terlihat lebih sibuk agar dia tidak tersinggung karena merasa kuabaikan. Aku tak bisa menanggapi kata-katanya karena merasa serba salah. Diingatkan malah membuat Mak Bijah marah dan tersinggung. Berkaca dari Mak Bijah dan Cenil aku bertekad untuk menjadi orang tua yang baik jika sudah berumah tangga kelak. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, di dalam keluarga lah Ia dibentuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun