Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hei Toxic People, Enyahlah!

24 Juli 2020   15:26 Diperbarui: 24 Juli 2020   17:04 1697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tocix people (Ilustrasi: cheaper-than-therapy.tumblr.com)

Pertama, Kang Kritik. Jika kalian bertemu dengan orang semodel Riak, hati-hati saja. Mereka senang mengkritik penampilan orang. Apa saja dikritik. Pipi orang diledek, bulu mata orang dirisak. Kang Kritik seperti Airin juga banyak. Kulit kinclong cewek lain dicemooh. Biaya perawatan per bulan dinyinyiri. Dasar kurang kerjaan!

Secantik atau seindah apa pun dandanan orang lain, ya, biarkan saja. Meskipun kecantikan itu hasil bedah plastik, toh bukan Airin yang membiayainya. Walaupun keindahan dagu itu hasil operasi plastik, toh bukan Riak yang mengongkosinya. Kaum rempong seperti itu bukan cuma satu-dua orang. Jumlahnya setara dengan tetes air hujan yang tumpah lebat. Mengerikan!

Kedua, Kang Narsis. Orang beracun juga memiliki keunikan yang menjengkelkan, yakni senang menjadi pusat pembicaraan. Seakan-akan dunia hanya milik mereka saja. Yang lain boleh berbicara asalkan merekalah yang dibicarakan.

Riak dan Airin hanya sebatas contoh. Di sekitar kita terlalu banyak orang yang siap berbicara, tetapi sangat malas mendengarkan. Jika orang lain mengatakan "dulu aku begitu", mereka kontan menyatakan "aku dulu juga begitu". Pendeknya, mereka penganut paham sentralisasi obrolan.

Ketiga, Kang Caper. Selain ingin menjadi pusat pembicaraan, kaum toxic people juga sangat gemar mencari perhatian. Ada-ada saja kelakuan mereka. Mendeham, pura-pura batuk kecil, atau sedikit-sedikit main towel.

Urat malu para toxic people memang sudah ditakdirkan putus seputus-putusnya. Otot tengsin juga sudah tidak mereka miliki. Tidak heran jika mereka doyan caper. Akibatnya, justru kita yang merasa risih dan salting.


Keempat, Kang Hasut. Orang-orang beracun juga senang menjadi pusat peradaban. Bukan menjadi manusia beradab, melainkan manusia biadab. Biasanya di depan si A berkata begini, tiba di depan si B mengatakan begitu.

Orang Belanda bilang "devide et impera". Hasut sana hasut sini. Teman sendiri dirancang sedemikian rupa sehingga bertengkar. Mereka tidak segan-segan mengguyurkan bensin ke dalam api yang sedang berkobar-kobar.

Kelima, Kang Kabur. Pasukan toxic people biasanya selalu ada pada saat mereka sedang membutuhkan kita. Giliran kita yang butuh, eh, mereka malah hilang. Orang Inggris menyebut kaum seperti itu sebagai "ghosting".

Tentu menyebalkan berteman dengan toxic people. Selagi butuh mereka menyapa, begitu tidak butuh mereka lupa.

Antara Kemarahan dan Triangular Theory of Love
Bukan hanya Mehrin yang piawai menahan diri demi menjaga perasaan pasangan. Banyak orang bertabiat setabah itu di sekitar kita. Rasa kesal mereka hadapi dengan tabah, walaupun hati mereka sehancur kaca yang terjatuh ke batu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun