[4]
Kamu seperti anggota dewan yang berkoar-koar di depan kamera, padahal tidak mengerjakan apa-apa bagi rakyat yang memilihnya. Kamu seperti calon pejabat yang berdiri garang di mimbar, mengumbar janji akan ini dan itu, padahal kelak amnesia pada janji-janjinya.
Kamu berteriak lantang tentang cinta, matamu diam-diam menyulut gairah. Kamu merentang jembatan ke tubuhku. Matamu sepasang lengan yang menggerayang tanpa menyentuh. Aroma gairah mengepul di ubun-ubunmu.
Aku tidak suka itu. Ibuku tidak suka itu. Bagiku, cinta adalah pekerjaan yang mestinya dilakukan secara diam-diam.
Amel Widya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!