3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control).
Tidak semua kaidah-kaidah merupakan lembaga-lembaga kemasyarakatan; hanya kaidah-kaidah yang mengatur kebutuhan pokok saja yang merupakan lemabaga kemasyarakatan. Artinya bahwa kaidah-kaidah tersebut harus mengalami proses pelembagaan (institutionalization) terlebih dahulu, yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu kaidah yang baru, untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan. Yang dimaksudkan di sini adalah agar kaidah-kaidah tadi diketahui, dimengerti, ditaati dan dihargai dalam kehidupan sehari-hari. Proses pelembagaan sebenarnya tidak berhenti demikian saja, akan tetapi dapat berlangsung lebih jauh lagi sehingga suatu kaidah tidak saja melembaga, akan tetapi bahkan menjiwai dan mendarah daging (internalized) pada para warga masyarakat (Soekanto, 1978).
- Perbedaan Struktur Sosial dengan Kultur Sosial
Struktur sosial dan kultur sosial tentunya adalah dua hal yang berbeda. Struktur sosial sendiri adalah hubungan fungsional antar lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam Masyarakat. Sementara itu kultur budaya adalah perilaku dari Masyarakat itu sendiri yang sehingga menjadi sebuah kebiasaan lalu kemudian dilembagakan oleh kelompok sosial dalam Masyarakat.
Antara struktur sosial dan kultur sosial sendiri juga memiliki unsur-unsur yang berbeda. Di dalam struktur sosial memiliki beberapa unsur-unsur seperti yang dikatakan oleh salah satu ahli sosiologi asal Amerika Serikat yaitu Charles P. Loomis (Loomis & Tonnies, 1955), yaitu:
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial mempunyai tujuan yang sama dan cita-cita yang ingin di capai Bersama dalam sebuah kelompok. Para anggota kelompok akan berusaha menjalankan tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan akhir Bersama.
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial memiliki system berupa sanksi yang digunakan ketika anggota kelompok melanggar aturan atau norma yang telah dibuat sehingga kedamaian dan keadilan dalam sebuah kelompok Masyarakat tetap terjaga.
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial memiliki orang yang mampu memegang kekuasaan, dimana sebagai kepala dari sebuah kelompok dapat mengarahkan dan memerintah anggotanya sehingga tujuan yang ingin dicapai bisa lebih terarah.
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial memiliki pengetahuan maupun keyakinan bagi seluruh anggota yang berada di dalamnya yang berfungsi sebagai alat untuk menganalisis suatu masalah untuk mengambil Tindakan dari anggota struktur sosial tersebut.
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial memiliki norma sosial atau aturan yang dijadikan pedoman dan patokan bagi anggota untuk bertingkah laku atau bertindak yang ada di dalam kelompok tersebut.
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial memiliki system ketegangan, system konflik, dan juga system penyimpangan yang disertai dengan adanya perbedaan setiap anggota kelompok baik dalam kemampuan maupun persepsi akan memecahkan masalah.
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial memiliki perasaan kepedulian atau solidaritas antar anggota kelompok sehingga tidak adanya pikiran negative antara satu individu dengan individu yang lain dalam struktur sosial tersebut.
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial memiliki kedudukan maupun peran yang diberikan kepada seseorang untuk membantu mengarahkan serta mengawasi pola Tindakan maupun perilaku anggota yang ada di dalam kelompok tersebut.
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial memiliki sarana atau alat perlengkapan system sosial yang dapat digunakan. Alat maupun sarana perlengkapan tersebut dapat berbentuk lembaga maupun pranata sosial.
- Sangat penting adanya bagi sebuah struktur sosial memiliki tingkatan yang ditentukan berdasarkan peran maupun status yang dimainkan setiap anggota kelompoknya, sehingga terlihat dengan jelas siapa yang memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam kelompok tersebut.
- Sumber Gambar: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTU2BxHM-6y1xYFNlR2rfBieLpCZc28UYNGcA&usqp=CAU
- Sementara itu, kultur sosial menurut Kluckhohn melalui Universal Categories of Culture merumuskan 7 unsur kebudayaan yang universal , yaitu:
- System teknologi, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transpor, dan sebagainya).
- System mata pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, system produksi, system distirbusi, dan lainnya).
- System kemasyarakatan (system kekerabatan, organisasi politik, system hukum, dan system perkawinan).
- Bahasa (lisan dan tulisan).
- Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
- System pengetahuan,
- Religi (system kepercayaan).
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan, yaitu wujudnya berupa sistem budaya, berupa sistem sosial, dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. Demikian juga sistem religi misalnya mempunyai wujud sebagai sistem keyakinan, dan gagasan tentang Tuhan, Dewa, roh halus, neraka, surga dan sebagainya. Sistem religi juga mempunyai wujud berupa upacara, baik yang bersifat musiman maupun yang kadangkala, dan selain itu setiap sistem religi juga mempunyai wujud sebagai benda-benda suci dan benda-benda religius.Â
Menurut Melville J. Herskovits, ia mengajukan 4 unsur kebudayaan pokok kebudayaan, seperti:
- Alat-alat teknologi
- Sistem ekonomi
- Keluarga
- Kekuasaan politik
Sementara itu, Bronislaw Malinowski menyebutkan unsur-unsur kebudayaan adalah:
- Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara sesama anggota masyarakat dalam menguasai alam sekelilingnya.
- Organisasi ekonomi.
- Alat-alat dan lembaga pendidikan, termasuk keluarga sebagai lembaga pendidikan yang utama.
- Organisasi kekuatan.
- Struktur dan Kultur: Kerangka Transformasi Budaya
Indonesia memiliki beragam kultur yang menyebabkan negara ini memiliki banyak kebudayaan khas yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya memiliki struktur sosial yang menghubungkan lembaga-lembaga sosial yang terdapat didalamnya. Namun, tidak jarang di dalam suatu daerah terdapat beragam jenis keyakinan, ras, maupun suku yang berbeda. Hal tersebut yang menyebabkan kultur sosial disesuaikan berdasarkan keadaan yang telah lama ada. Transformasi budaya merupakan salah satu cara atau strategi manusia atau Masyarakat dalam usahanya melakukan adaptasi terhadap perubahan di dunia. Proses tarnformasi budaya sendiri dapat terjadi melalui berbagai macam cara yang kemudian diwujudkan dalam bentuk-bentuknya sendiri. Berikut adalah bentuk-bentuk dari tranformasi budaya:
- Akulturasi
- Sumber Gambar: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ3BuPcalkAqMP2hcdcgU1SROQQTK2iARblhw&usqp=CAUÂ
- Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hialngnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Contoh akulturasi adalah masjid Menara kudus. Masjid ini merupakan akulturasi antara islam dan hindu. Masjid yang fungsinya sebagai tempat ibadan umat muslim, sementara ciri fisiknya menyerupai bangunan pura umat hindu.
- Asimilasi
- Input sumber gambar: https://png.pngtree.com/png-clipart/20210611/ourlarge/pngtree-betawi-indonesian-wedding-couple-illustration-with-hijab-png-image_
- Asimilasi merupakan proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tersebut masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Biasanya, golongan-golongan yang tersnagkut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini golongan-golongan minoritas mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan mayoritas. Sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. Dari berbagai proses asimilasi yang pernah diteliti oleh para ahli terbukti bahwa hanya dengan pergaulan antara kelompok-kelompok secara luas dan intensif saja, belum tentu terjadi suatu proses asimilasi, kalau di antara kelompok-kelompok yang berhadapan itu tidak ada suatu sikap toleransi dan simpati satu terhadap yang lain. Sikap toleransi dan simpati terhadap kebudayaan lain itu sebaliknya sering terhalang oleh berbagai faktor, dan faktor-faktor ini sudah tentu juga menjadi penghalang proses asimilasi pada umumnya. Faktor-faktor itu adalah: (a) kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi; (b) sifat takut terhadap kekuatan dan kebudayaan lain; (c) perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain. Salah satu contoh asimilasi adalah pakaian pengantin Betawi dipengaruhi oleh berbagai macam budaya yaitu Arab, China, dan Melayu.
- Difusi
- Input sumber gambar: https://asset.kompas.com/crops/zw3zB6Fuqf86n9uH19GVoW2wzHI=/0x0:1080x720/780x390/data/photo/2021/05/11/609a92f23cb5c.jpg
- Difusi adalah penyebaran unsur budaya dari satu kelompok ke kelompok lain. Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang kemudian disebut proses difusi. Bentuk difusi yang lain lagi dan mendapat perhatian ilmu antropologi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu dalam suatu kelompok manusia dengan individu kelompok tetangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok semacam ini dapat berlangsung dengan berbagai cara. Cara yang pertama adalah hubungan di mana bentuk dan kebudayaan itu masing-masing hanpir tidak berubah. Hubungan ini, yaitu hubungan symbiotic. Cara lain adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena perdagangan, tetapi akibat yang lebih jauh daripada yang terjadi pada hubungan symbiotic. Contoh difusi adalah penyebaran agama Islam ke dalam Indonesia melalui perdagangan. Unsur-unsur kebudayaan asing dibawa oleh para pedagang masuk ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Hubungan ini, dengan mengambil istilah dari ilmu sejarah, sering disebut penetration pacifique artinya "pemasukan secara damai". Pemasukan secara damai tentu juga ada pada bentuk hubungan yang disebabkan karena usaha dari para penyiar agama. Bedanya dengan penetration pacifique oleh para pedagang ialah bahwa pemasukan unsur-unsur asing yang dilakukan oleh para penyiar agama itu berlangsung dengan sengaja, dan kadang-kadang dengan paksa.Â
REFERENSI
Koentjaraningrat. (1985). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.