Awal tahun 2024 adalah awal 'karir' saya dalam menulis artikel di Kompasiana. Tahun itu bisa di bilang tahun keemasan saya nih di Kompasiana. Niat awal menulis karena ingin mengekspresikan uneg - uneg saya sebagai penulis amatir. Semangat menulis kian mengebu - gebu, bahan menulis pun banyak, banyak dapat kenalan baru juga di Kompasiana.Â
Dan rasa nya ketika itu artikel saya banyak yang lolos di artikel pilihan dan headline. Semangat menulis saya kian mengebu , sekaligus senang rasa nya mendapat feedback , like, komen dari para pembaca. Wah rasa nya saya bahagia di apresiasi seperti ini di Kompasiana.
Menurut saya , pembaca Kompasiana adalah para pembaca yang bijaksana, cerdas, matang, saling support, menginspirasi, walaupun saya baru saja bergabung ketika itu, saya senang sekali hingga hari ini banyak sekali para pembaca yang mampir ke artikel saya untuk membaca. Bagi penulis amatir seperti saya itu bagaikan berkah.Â
Menulis dan tulisan saya di baca saja sudah merasa di hargai dan di support, apalagi jika artikel saya masuk menjadi artikel pilihan dan headline, di like dan di komen. Wah viewer langsung naik dan seneng nya double bahkan triple.
Cuma sudah beberapa bulan saya tinggalkan menulis di Kompasiana karena mencoba tantangan baru, menulis fiksi di platform E - Novel. Nah akhirnya kesibukan saya menulis berkutat di sini. Bagaimana mempelajari menulis fiksi yang bikin pembaca candu untuk terus membaca ternyata gak gampang yah.Â
Mumet juga setelah 1 bulan gabung di platform E - Novel, belum ada satupun pembaca yang membaca cerita saya, hiiiks ternyata sesulit itu yaaa saingan di dunia maya. Satu, dua , tiga, empat bulan pun berlalu , hingga genap enam bulan, saya pun menyusun taktik. Mempelajari kriteria novel yang di minati pembaca di platform tersebut.
Ternyata setelah di telisik, ada dua genre yang paling di minati pembaca di platform tersebut adalah : Misteri dan Thriller (kriminal dan psikologi), Â menurut kacamata pengamatan saya pribadi. Â Dari sini saya belajar untuk mencoba menulis fiksi dengan genre tersebut, tapi tetap menjadi diri sendiri , bukan berarti menjiplak diksi penulis lain.
Setelah berjuang menemukan titik kenikmatan dalam menulis fiksi, akhirnya setelah gonta ganti cerita dan eksperimen genre dari thriller, romance dan dark romance. Fiksi terbaru yang saya tulis justru terinspirasi dari kasus Tom Lembong, sukses mengundang antusias pembaca - pembaca. Tantangan menulis fiksi menemukan klimaks nya. Di sini kemampuan saya sebagai penulis di uji.
Menulis fiksi genre thriller politik  artinya saya harus banyak membaca sumber - sumber referensi yang mendukung kerangka cerita saya tersebut, di imbangi dengan gaya penulisan yang sesuai genre. Untuk memperkuat pondasi cerita, saya harus melakukan observasi , membaca, lebih banyak membaca dan terus belajar.