Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjajal Kekuatan Kaki di Tlatah Badui

7 Agustus 2015   10:37 Diperbarui: 7 Agustus 2015   10:37 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan di awal terasa sangat menyenangkan karena pemandangannya yang indah, pohon=pohon rimbun dan jalan datar beralas batu. Perjalanan mulai terasa menyiksa ketika jalan menanjak atau melewati ladang-ladang berlumpur. Untunglah kami memakai porter kalau tidak tak yakin sampai di atas. Seorang peserta pingsan di tengah perjalanan. yang lain terhenti sementara karena kram kaki. Memang perjalanan yang menantang. Capeeee,...heh..heh..he... apalagi saat melalui tanjakan cinta yang bersudut 85 derajat mungkin. Curam, licin, tanpa pegangan. Pakailah sepatu dengan alas grip besar agar tidak terpeleset.

Setelah perjalanan 6 jam yang melelahkan, dengan kaki kram, keras berasa batu yang sudah susah sekali untuk digerakkan akhirnya sampailah kita di perkampungan Badui Dalam. Alhamdulillah.

Perkampungannya bersih. Jalan dibuat dari susunan batu. Di depan rumah disediakan ember bambu berisi air untuk mencuci kaki. Rumahnya kecil, dengan diameter sekitar 6x6 dibagi atas 3 atau 4 ruangan. Ruang tamu yang merangkap ruang keluarga sekaligus menjadi tempat kami makan dan tidur malam itu dan dua kamar tidur, karena rumah kami ditempati 2 keluarga. Anaknya yang sudah menikah, masih tinggal di rumah orang tuanya karena suaminya belum mampu membuat rumah baru. Jadi kamar si anak juga menjadi dapur bagi keluarga baru itu. Rumah ini sangat sederhana. Pencahayaan dari lampu minyak 1 buah, dinding terbuat dari anyaman bambu sehingga udara malam yang dingin masih masuk menerobos dalam rumah. Dapur di dalam rumah dan tanpa jendela!Inilah yang menyebabkan banyak penduduk Badui menderita ISPA karena asap berputar-putar di dalam rumah. (Pernah membaca artikelnya di Kompas Minggu). Satu lagi, tak ada toilet di rumah. Jika kebelet pipis atau ingin BAB harus segera menuju sungai yang jaraknya lumayan dari rumah. Dalam keremangan malam yang mencekam. Repooot...!!

Pagi-pagi saat ingin membersihkan sisa skresi dari dalam tubuh, badan saya mogok mengeluarkannya dalam open area. Malu-malu tak mau keluar perut jadi bergejolak. haduuh...! Cuma bisa BAK dan mandi-mandi kucing, dengan tetap memakai baju. Di sini kita dilarang memakai sabun dan odol dan kawan-kawan. Makanya air sungainya tetap bersih. hanya satu itu yang merepotkan, sungai terbuka. Mereka cuek mandi tapi kita tak bisa. dan para laki-laki Badui tidak kurangajar mengintip para gadis lo. Mereka punya tempat mandi sendiri yang lumayan berjauhan dari tempat pemandian putri. Sementara beberapa pengunjung laki-laki kelihatan mencuri-curi kesempatan melihat adegan mandi karena ekspresi dan gerakan matanya terlihat nyalang. Kampungan banget dah!! Tapi memang para perempuan Badui dalam cantik-cantik, langsing, badannya bersih. Jadi.. memang worthed kalau dilirik-lirik.

Pagi itu setelah sarapan, kami pamitan kembali pulang. Kembali menuju realitas hidup. Pengalaman tinggal di perkampungan Badui ini menambah rasa syukur tentang hidup yang penuh kemudahan yang kami miliki. "Aku jadi merindukan kamar kos-ku. Biarpun tidak mewah tapi nyaman dan bersih. Hidup itu memang harus penuh bersyukur ya..." kata Hafizah yang cantik.

[caption caption="by shita"]

[/caption]


Yah,..itulah manfaat menjelajah. Membuat kita memiliki pengalaman baru, menambah pertemanan, meluaskan wawasan dan orang yang telah mengelanan ke banyak tempat akan lebih bijak menjalani hidup. Aaamiin. Semoga. salam petualang!

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun